MODUL BAHASA INDONESIA







REFERENSI PEGANGAN MAHASISWA SEMESTE 1

BAB I
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa


A.  Konsepsi Bahasa

Sampai dengan abad XXI ini perkembangan ilmu dan teknologimenunjukkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasaInggris sebagai bahasa internasional sangat berperan sebagai sarana komunikasi. Dalam bidang akademik bahasa Indonesia telah menunjukkan peranannya dalam berbagai disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk tulisan ilmiah seperti makalah dan skripsi. Pada dasarnya interaksi dan macam kegiatan akademik tidak akan sempurna atau berjalan dengan baik dan benar. Begitu pentingnya bahasa sebagai sebagai sarana komunikasi batasan atau pengertian BAHASA adalah sarana komunikasi antar anggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara lisan atau tulis. Konsepsi bahasa tersebut menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi
ujaran dan lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan akademik. Bahasa yang baik dikembangkan olehpemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem.
Kaidah bahasa dalam sistem tersebut mencakup beberapa hal berikut.

(1) Sistem lambang yang bermakna dapat dipahami dengan baik oleh masyarakatnya.
(2) Berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu bersifat konvensional.
(3) Lambang sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan
pemakainya (arbitrer)
(4) Sistemlambang yang terbatas itu (A—Z: 26 huruf) mampu menghasilkan kata, bentukan kata, frasa, klausa, dan kalimat yan tidakterbatas dan sangat produktif.
(5) Sistem lambang itu (fonemis) tidak sama dengan sistem lambang bahasa lain seperti sistem lambang bahasa Jepang (Lambang hirakana atau silabis)
(6) Sistem lambang bahasa itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal sehingga dapat sana dengan sistemlambang bahasa lain. Unsur dalam sistem lambang tersebut menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat unik, khas, dan dapat dipahami masyarakat.



B.  Fungsi Bahasa


Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa di atas, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua
bahasa apapun dan dimanapun. Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut:
1. fungsi ekspresi dalam bahasa
2. fungsi komunikasi dalam bahasa
3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa
4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)


Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah:
1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri.
2. Fungsi lebih memahami orang lain;
3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.
4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis;
5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik (fatik). (Keraf, 1994: 3-10)
6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda:

1)   Fungsi pernyataan ekspresi diri

Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud:
a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),
b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,
c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,
d. Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.
                                                          
Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu, prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.

2) Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi berterima. Dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.

3) Fungsi integrasi dan adaptasi sosial
Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat). Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat.

4) Fungsi kontrol sosial

Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling memahami. Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yangtajam dapat berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang tulus tanpa prasangka. Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat seperti keahlian bicara, penerus tradisi tau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.

5. Fungsi membentuk karakter diri
6. Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri
7. Fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru (Widiono, 2005: 11-18)

Masih banyak fungsi bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya, fungsi bahasa dapat dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan atau posisi bahasa Indonesia. Posisi Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa standar. Keempat posisi bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi masingmasing seperti berikut:

I. Fungsi bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

II. Fungsi Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila
berkomunikasi pada dunia luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut:
1. Fungsi lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia
2. Fungsi Identitas nasional dimata internasional
3. Fungsi sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar
    budaya, dan
4. Fungsi pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku
    bangsa, dan bahasa.

III. Fungsi bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai aktivitas dengan rincian berikut:
1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,
2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan
perguruan tinggi,
3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan
    pembangunan bagai negara Indonesi sebagai negara
    berkembang, dan
4. Fungsi bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu
teknologi (ILTEK)

IV. Fungsi bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang
digunakan dalam pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu
berfungsi sebagai berikut:
1. Fungsi pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,
2. Fungsi penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
3. Fungsi penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
    dan
4. Fungsi penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.

Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsiketerkaitan antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatanbangsa Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh danmandiri. Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di matadunia, khususnya tingkat regional ASEAN.
Dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia, eksistensibahasa Indonesia diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan argumentatif. Sejarah terbentuknya Bahasa Indonesia dari bahasa melayu.
Ciri-ciri bahasa Indonesia yang khas, legitimasi sebagai interaksi BahasaIndonesia, dan ragam serta laras Bahasa Indonesia memperkuat konsepsi dan fungsi dikembangkan ke berbagai ilmu, teknologi, bidang, dan budaya sekarang dan nanti.





































BAB II
RAGAM DAN LARAS BAHASA


1.   PENDAHULUAN

Ketika bahasa itu berada pada tataran fungsi bahasa ekspresi diri dan fungsibahasa komunikasi, bahasa yang digunakan masuk ke dalam ragam bahasa dan laras bahasa. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan topik pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa dimaksudnya kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan dalam laras bahasa dari pada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain itu, konsepsi antara ragam bahasa dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek komunikasi bahasa. Laras bahasa apa pun akan memanfaatkan ragam bahasanya. Misalnya, laras bahasa lisan dan ragam bahasa tulis.

2.   RAGAM BAHASA

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa diartikan variasibahasa menurut pemakaiannya, topic yang dibicarakan hubungan pembicara dan teman bicara, dan medium pembicaraannya. (2005:920). Pengertian ragam bahasa ini dalam berkomunikasi perlu memperhatikan aspek (1) situasi yang dihadapi, (2) permasalahan yang hendak disampaikan, (3) latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan (4) medium atau sarana bahasa yang digunakan. Keempat aspek dalam ragam bahasa tersebut lebih mengutamakan aspek situasi yang dihadapi dan aspek medium bahasa yang digunakan dibandingkan kedua aspek yang lain.

2.1. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaianannya
Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian,yaitu ragam bahasa formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa nonformal. Setiap ragam bahasa dari sudut pandang yang lain dan berbagai jenis laras bahasa diidentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya. Misalnya, ragam bahsa lisan diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal,atau nonformal. Begitu juga laras bahasa manjemen diidentifikasikan sebagi ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal. Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut agar bahasanya menjadi resmi.
1. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kakutetapi tetap lebih luwes dan dimungkinkan ada perubahan kosa kata dan istilah dengan benar.
2. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit.
3. Penggunaan bentukan kata secara lengkap dan tidak disingkat.
4. Penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten
5. Penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang
baku pada ragam bahasa lisan.



Berdasarkan kriteria ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragamformal, ragam semiformal, dan ragam nonformal diamati dari hal berikut:
1. Pokok masalah yang sedang dibahas,
2. Hubungan antara pembicara dan pendengar,
3. Medium bahasa yang digunakan lisan atau tulis,
4. Area atau lingkungan pembicaraan terjadi, dan
5. Situasi ketika pembicaraan berlangsung.
Kelima pembedaan ragam baasa di atas, dipertegas lagi pembedaan antara ragam bahasa formal dan ragam bahasa nonformal yang paling mencolok adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan kata sapaan dankata ganti,misalnya:
Contoh : Saya dan gue/ogut
Anda dan lu/situ/ente
2. Penggunaan imbuhan (afiksasi), awalan (prefix), akhiran (sufiks),
gabungan awalan dan akhiran (simulfiks), dan imbuhan terpisah
(konfiks).
 Misalnya:
       Awalan: menyapa – apaan
                                Mengopi – ngopi
       Akhiran: laporan – laporin
   Marahi – marahin
Simulfiks:
Misalnya :      menemukan------nemuin
   Menyerahkan-----nyerahin
Konfiks:
Misalnya :      Kesalaha-----------nyalahin
   Pembetulan-------betulin
(3) Penggunaan unsure fatik (persuasi) lebih sering muncul dalam ragam
bahasa nonformal, seperti sih, deh, dong,kok,lho, ya kale, gitu ya.
(4) Penghilangan unsure atau fungsi kalimat (S-P-O-Pel-Ket) dalam ragam
bahasa nonformal yang menganggu penyampaian suatu
pesan.Misalnya,
Penghilangan subjek: Kepada hadirin harap brdiri.
Penghilangan predkat: Laporan itu untuk pimpinan.
Penghilangan objek : RCTI melaporkan dariMedan.
Penghilangan pelengkap: Mereka berdiskusi dilantai II.

2.2. Ragam bahasa berdasarkan mediumnya
Berdasarkan mediumnya ragambahasa terdiriatas dua ragambahasa,yaitu
(1) ragam bahasa lisan
(2) ragam bahasa tulis.
Ragambahasa lisan adalah bahasa yang dilafalkan langsung oleh penuturnya kepada pendengar atau teman bicaranya. Ragam bahasa lisan
ini ditentukan oleh intonasi dalam pemahaman maknanya. Misalnya :
(a)Kucing/ makan tikus mati.
(b) Kucing makan//tikus mati.
(c) Kucing makan tikus/mati.
Ragam bahasa tulis adalah ragambahasa yang ditulis atau dicetak dengan
memerhatikan penempatan tanda baca dan ejaan secara benar.
Ragambahasa tulis dapat bersifat formal,semiformal, dan nonformal. Dalam penulisan makalah seminar dan skripsi,penulis harus menggunakan
ragambahasa formal sedangkan ragam bahasa semiformal digunakandalamperkuliahan dan ragam bahasa nonformal digunakan keseharian secarainformal. Berikut ini didesjripsikan perbedaan dan persamaan antara bahasa lisan dan bahasa tulius dalam bentuk bagan.Penggunaan ragambahasa dan laras bahasa dalam penulisan karangan ilmiah harus berupaya pada :
(1) ragam bahasa formal,
(2) ragam bahasa tulis,
(3) ragam bahasa lisan ,
(4) laras bahasa ilmiah, dan
(5) berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

3. LARAS BAHASA
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya.Laras bahasa terkait langsung sung dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan, sehingga dikenallah laras bahasa ilmiah  dengan bagian subsublarasnya. Pembedaan diantara sub-sublaras bahasa seperti dalam laras ilmiah itu dapat diamati dari :
(1) penggunaan kosakata dan bentukan kata,
(2) penyusunan frasa,klausa, dan kalimat,
(3) penggunaan istilah
(4)pembentukan paragraph,
(5) penampilan halteknis,
(6) penampilan kekhasan dalam wacana.
Berdasrkan konsepsi laras bahasa tersebut,laras bahasa ekonomi mempunyai sub-sublaras bahasa manajemen, sublaras akuntansi,sublaras
asuransi, sublaras perpajakan, dll.





BAB III
PENULISAN EJAAN DAN TANDA BACA

I. Konsepsi Ejaan
EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungandan pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa.Pengertian senada dengan KBBI (2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana. Berdasrkan konsepsi ejaan tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan :
(1) pemakian huruf vocal dan konsonan,
(2) penggunaan huruf capital dankursif,
(3) penulisan kosakata dan bnetukan kata,
(4) penulisan unsure serapan afiksasi dan kosakata asing, dan
(5) penempatan dan pemakaian tanda baca.
Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalamkaidah ejaan yang disebut Ejaan yang Disempurnakan sejak1972.

II. Kaidah Penempatan Ejaan dalam Penulisan
Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dantanda baca diatur dalamkaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut di antaranya
(1) Pemakaian abjad,huruf vocal, huruf konsonan, dan abjad.
(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar,
(4) Penulisan huruf miring,
(5) Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan,, gabungan kata,
(6) Penulisan angka dan lambang bilangan,
(7) Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di antaranya
(a) Tandatitik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik dua (:),
(d) Tanda titik koma (;)
(e) Tanda titiktitik/ellipsis(….),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((….)),
(i) Tanda hubung (-),
(j) Tanda pisah (--),
(k) Tanda petik tunggal (‘…’),
(l) Tanda petik ganda (“…”),
(m) Tanda kurung siku ([…]),
(n) Tanda ulang angka dua (…..2),
(p) Tanda apostrof (‘….)

Tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang
berlaku secara resmi. Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku Pedoman  EYD. Ketiga ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakartamelalui pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan Republik Indonesia.


III. Penempatan Ejaan dan Tanda Baca

Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan (disingkat Pedoman
EYD) penulisan ejaan dan tanda baca diatur dalam kaidahnya sebagai
berikut.
(1) Pemakaian abjad berupa huruf vokal, huruf konsonan,
(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar (kapital)
(4) Penulisan huruf miring atau digarisbawahi (kursif),
(5) Penulisan kata dasar,kata ulang, kata berimbuhan, dan gabungan kata,
(6) Penulisan angka dan lambang bilangan, dan
(7) Penempatan tanda baca (pungtuasi), di antaranya:
(a) Tanda titik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik koma (;),
(d) Tandatitik dua (:),
(e) Tanda titik-titik/ellipsis (…),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((…)),
(i) Tanda kurung siku ([…]),
(j) Tanda hubung (-),
(k) Tanda pisah (--),
(l) Tanda petik tunggal (‘…’),
(m)Tanda petik ganda (“…”),
(n) Tanda garis miring (/),
(o) Tanda ulang angka dua (2), dan
(p) Tanda apostrof/penyingkat (‘).
Ke-16 penempatan tanda baca tersebut dideskrisikan sebagai berikut dari
buku PedomanEYD (Pusat Bahasa, 2009, cetakan ke-30: hlm. 15—39).


BAB IV, V DAN VI
KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM PENULISAN

A. Pengertian Kalimat dan Kalimat Efektif
Dalam proses penulisan karya ilmiah ada dua jenis kalimat yangmendapat perhatian penulis, yaitu masalah kalimat dan masalah kalimat
efektif. Pernyataan sebuah kalimat bukanlah sebatas rangkaian kata dalam
frasa dan klausa. Rangkaian kata dalamkalimat itu ditata dalam struktur
gramatikal yang benar unsur-unsurnya dalam membentuk makna yang akan disampaikan secara logis. Kalimat-kalimat dalam penulisan ilmiah harus lebih cermat lagi menata kalimat yang benar dan efektif karena kalimat-kalimat yang tertata itu berada dalam laras bahasa ilmiah.Kalimat dalam tataran sintaksis adalah satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik sebagai pembatas. Sifat predikatif dalam kalimat berstruktur yang dibentuk oleh unsure subjek, unsure predikat,dan unsure objek (S-P+O).
Unsur subjek dan predikat itu harusmewujudkan makna gramatikal kalimatyang logis. Konsepsi kalimat itubelum cukup untuk menampilkan kalimat efektif, sehingga diperlukan factor lain dalamperwujudan kalimat
menjadikalimat efektif. Oleh karena itu, KALIMAT EFEKTIF adalah satuan
bahasa (kalimat) yang secara tepat harus mewakili gagasan atau perasaan
penulis dan harus pula dimengerti oleh pembaca sebagaimana yang dimaksudkan penulis. Jadi, kalimat efektif merupakan kalimat yang harus
tepat sasaran dalam penyampaian dan pemerian bagi pembacanya. Disamping kaidah yang ada dalam kalimat,kalimat efektif perlu memperhatikan persyaratasn dan menghindari hal-hal yang menyalahi
kalimat efektif.

B. PERSYARATAN KALIMAT EFEKTIF

1. FUNGSI GRAMATIKAL DALAM KALIMAT EFEKTIF ATAU KESATUAN
FUNGSI GRAMATIKAL
Fungsi gramatikalatau unsure struktur dalamkalimat dikenal dengan istilah subjek, predikat, objek,, pelengkap,, dan keterangan yang dirumuskan
atau disngkat menjadi S + P + (O/Pel.) + (Ket) /
S : adalah subjek
P : adalah predikat
O : adalah objek
Pel.: adalah pelengkap
Ket. : adalah keterangan.
Fungsi subjek dan fungsi predikat harus ada dan jelas dalamkalimat dan
secara fakultatif diperlukan fungsi objek, fungsi pelengkap, dan fungsi
keterangan.
SUBJEK adalah fungsi kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Posisi subjek dalam kalimat bebas, yaitu terdapat pada awal, tengah, atau akhir kalimat.
PREDIKAT adalah fungsi kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang subjek. Posisi predikat dalam kalimat juga bebas,kecuali tidak boleh di belakang objek dan di belakang pelengkap. OBJEK adalah fungsikalimat yang melengkapi kata kerja aktif dan kata kerja pasif sebagai hasil perbuatan, yang dikenai perbuatan, yang menerima,atau yang diuntungkan oleh perbuatan sebagai predikat. Fungsi objek selalu terletak di belakang predikat berkata kerja transitif.
PELENGKAP adalah fungsi yang melengkapi fungsi kata kerja berawalan
ber- dalampredikat, sehingga predikat kalimat menjadi lebih lengkap. Posisi
pelengkap dalam kalimat terletak di belakang predikat berawalan ber-.
KETERANGAN adalah fungsi kalimat yang melengkapi fungsi-fungsi
kalimat,yaitu melengkapi fungsi subjek, fungsi predikat, dan fungsi objek, atau fungsi semua unsure dalamkalimat. Posisi keterangan dalam kalimat bebas dan tidakn terbatas. Tidak terbatas dimaksudkan fungsiketerangan dalam dapat lebih dari satu pada posisi bebas yang sesuai dengan kepentingan fungsi-fungsi kalimat.
Perhatikanlah posisifungsi-fungsi kalimat berikut.
(1) Setelah bekerja selama tiga hari,panitia pelaksana seminar lingkungan
      hidup itu berhasil merumuskan undang-undang kebersihan tata kota
Jakarta di Kantor DPD DKI Jakarta. (P-Pel-S-P-O-K)
(2) Keputusan hakim perlu ditinjau kembali.( S – P)
(3) Perlu ditinjau kembali keputusan hakim. (P – S)
(4) Kelompok Pialang (broker) berbicara tentang fluktuasi harga sama IHSG.(S – P – Pel.)
(5) Selama tahun 2012 fluktuasi harga saham IHSG mengalami kenaikan
yang signifikan sebanyak 12 kali di Bursa Efek Jakarta (K – S – P – O –K)
(6) Pengacara tersebut mempelajari undang-undangpencemaran nama baik        dan membandingkannya dengan Undang-undang Dasar RI. (S1 – P1 –O1 – P2 – K)
(7) Evaluasi pembelajaran mahasiswa meliputi empat komponen, yaitu
komponen UTS,komponen UAS, komponen kehadiran, dan komponen
makalah ilmiah. (S1 – P1 – O1 – K1 – K2- K3 – K4)
(8) Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan
tenang dan dapat beribadah dengan leluasa. (S3- P3 – S1 – P1 – S2 –
P2) Perhatikanlah contoh kalimat majemuk dalam posisi fungsi yang berbeda berikut.
(9) Bahwa kemerdekaan itu hak semua bangsa sudahdiketahui semua
orang. ( S1 (konjungsi + S2 + P2) - P1 - O1.)
(10) Dosen mengatakan bahwa komponen nilai UAS berbobot 40%. (S1 -
P1 - O1 (S2+P2)).
(11) Hasil UAS mahasiswa dibatalkan jika mahasiswaketahuan mencontek.
(S1 – P1 – K1 (S2+P2)).
(12) Kelompok C berpresentasi dan tim juri menilainya. (S1 – P1 + S2 – P2)
(13) Kinerja bisnis mulai membaik dan perkembangan ekonomi menjadi stabil  setelah pemilu berlangsung damai. (S1 - P1 + S2 – P2 + (S3 + P3)

2. KEPADUAN (KOHERENSI) DALAM KALIMAT
Kepaduan atau keherensi dalam kalimat efektif adalah hubungan timbal balik atau hubungan kedua arah di antara kata atau frasa dengan jelas, benar, dan logis. Hubungan timbal baik terjad dapat antarkata dalam frasa satu unsure atau dapat terjadi antar frasa dalam antarfungsi dalam kalimat. Hubungan antarfungsi itu dapat menimbulkan kekacauan makna gramatikal kalimat. Perhatikanlah contoh kalimat yang berprasyarat koherensi berikut.

Contoh kalimat yang TIDAKKOHERENSIF
(1) Setiap hari dia pulang pergi Bogor –Jakarta dengan kereta api.
(2) Oleh panitia seminar makalah itu dimasukkan ke dalam antologi.
(3) Pelaksanaan seminar itu karena jalan macet harus ditunda satu jam
kemudian.
Pembetulan kalimat yang KOHERENSIF
(1a) Setiap hari dia pergi pulang Bogor—Jakarta dengan kereta api
(2b) Makalah seminar itu dimasukkan ke dalamantologi.
(3a).Karena jalan macet,pelaksanaan seminar itu ditunda satu jam kemudian.

3 KEHEMATAN KALIMAT ATAU EKONOMI BAHASA
KEHEMATAN arau ekonomi bahasa adalah penulisan kalimat yang langsungmenyampaikan gagasan ataupesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis. Kalimat yang hemat dalam penulisan menghindari
dan memperhatikan hal-hal berikut .
(1) Penulis menggunakan kata bermakna leksikal yang jelas dan lugas dan
penenpatan afiksasi yang benar.
(2) Penulis menghindari subjek yang sama dalam kalimat majemuk.
(3) Penulis menghindari pemakaian hiponimi dan sinonimi yang tidak perlu.
(4) Penulis menghindari penggunaan kata depan (preposisi) di depan
kalimat dan di depan subjek.
(5) Penulis menghindari penggunaan kata penghubung (konjungsi) di depan subjek dan di belakang predikat yang berkata kerja transitif.
(6) Penulis menghindari kata ulang jika sudah ada kata bilangan tak tentu di depan kata benda.
(7) Penulis menghindarifungsi tanda baca dan pengulangan kata dalam
rincian.
(8) Penulis menghindariketerangan yang berbelit-belit dan panjang yang
seharusnya ditempatkan dalam catatan kaki (footnotes).
(9) Penulis menghindari pemborosan kata dan afiksasi yang tidak jelas
fungsinya.

          Perhatikanlah contoh berikut,yaitu kalimat kurang memperhatikan ekonomi bahasa.
(a) Dalam ruangan ini kita dapat menemukan barang-barang, antara lain
seperti meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain.
(b) Karena modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha
lemah memperoleh kredit.
(c) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan
dipimpin oleh Sdr. Tadjudin.

Perbaikan kalimat yang memperhatikan ekonomi bahasa berikut.
(a1) Dalam ruangan ini kita dapat menemukan meja, kursi, buku,lampu, dan lain-lain.
(b1) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(b2) Modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(c1) Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akandipimpin oleh Sdr. Tadjudin.
(c2) Apabila pada hariitu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh Sdr. Tadjudin.
4. PENEKANAN DALAM KALIMAT EFEKTIF
Dalam kalimat efektif PENEKANAN ATAU PENONJOLAN adalah upayapenulis untuk  memfokuskan kata atau frasa dalamkalimat. Penekanan dalam kalimat dapat berupa kata,frasa,klausa, dalam kalimat yang dapat berpindahpindah. Namun,penekanan tidak sama dengan penentuan gagasan utama dan ekonomi bahasa. Penekanan dapat dilakukan dalam kalimat lisan dan kalimat tulis. Pada kalimat lisan,penekanan dilakukan dengan intonasi yang dapat disertai mimik muka dan bentuk nonverbal lainnya. Penekanan dalam kalimat tulis dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
(1) Mutasi, yaitu mengubah posisi kalimat dengan menempatkan bagian
yang dipenting pada awal kalimat.
Contoh:
Minggu depan akan diadakan seminar”Pencerahan Pancasila bagi
Mahasiswa”
(2) Repetisi, yaitu mengulang kata yang sama dalam kalimat yang bukan
berupa sinonim kata.
Contoh:
Kalau pimpinan sudah mengatakan tidak tetap tidak.
(3) Kursif, yaitu menulis miring, menghitamkan, atau menggarisbawahi kata
yang dipentingkan.
Contoh:
Bab II skripsi ini tidak membicarakan fluktuasi harga saham.
(4) Pertentangan,yaitu menempatkan kata yang bertentangan dalam kalimat. Pertentangan bukan berarti antonym kata.
Contoh:
Dia sebetulnya pintar tetapi malas lkuliah.
(5) Partikel, yaitu menempatkan paretikel (lah,kah, pun,per, tah) sebelum
atau sesudah kata yang dipentingkan dalam kalimat.
Contoh:
Dalam berdemokrasi, apa pun harus transparan kepada rakyat.
(6) Penekanan dalamkalimat tidak berarti penonjolan gagasan kalimat atau
bukan ekonomi bahasa.

5. KESEJAJARANDALAM KALIMAT (PARALELISME)
KESEJAJARAN (PARALELISME) adalah upaya penulis merinci unsur yang sama penting dan sama fungsi secra kronologis danlogis dalam kalimat.Dalam kalimat dan paragraph, raincian itu harus menggunakan bentuk bahasa yang sama, yaitu rincian sesame kata, sesame prasa,sesama kalimat.
Kesamaan bentuk dalam paralelisme menjaga pemahaman yang fokus bagipembaca dan sekaligus menunjukkan kekonsistenan sebuah kalimat dalam penulisan karya ilmiah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kesejajaran rincian kalimat efektif
adalah sebagai berikut.
(1) Tentukanlah apakah kesejajaran beradabentuk bahasa kalimat atau
paragraf.
(2) Jika urutan rincian dalam bentuk frasa, rincian uruan berikut harus
dalam bentuk frasa juga.
(3) Penomoran dalam rincian harus konsisten.
(4) Perhatikanlah penempatan tanda baca yang benar.
(5) Hindarilah gejala ekonomi bahasa yang bermakna sama:
seperti……dan lain lain, antara lain…..
Sebagai berikut, yakni:….
Perhatikanlah contoh kesejajaran yang benar berikut.
Kami sangat mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara pada:
hari :…,
tanggal:….,
waktu: ….,
acara: …., dan
Tempat: …..

6. KEVARIASIAN DALAM KALIMAT EFEKTIF
KEVARIASIAN dalam kalimat efektif adalah upaya penulis menggunakanberbagai pola kalimat dan jenis kalimat untuk menghindari kejenuhan atau kemalasan pembaca terhadapteks karangan ilmiah. Fungsi utama kevariasian ini adalah menjaga perhatian dan minat baca terhadap teks ilmiah berlanjut bagi pembaca. Pada dasarnya kevariasian adalah upaya penganekaragaman pola, bentuk, dan jenis kalimat agar pembaca tetap termotivasi membaca dan memahami teks sebuah karangan ilmiah. Agar kevariasi dapat menjaga motivasi pembaca terhadap teks, penulis perlu memperhatikan hal-hal berikut.
(1) Awal kalimat tidak selalu dimulai dengan unsure subjek, tetapi kalimat
dapat dimulai dengan predikat dan keterangan sebagai variasi dalam
penataan pola kalimat.
(2) Kalimat yang panjang dapat diselingi dengan kalimat yang pendek.
(3) Kalimat berita dapat divariasikan dengan kalimat Tanya, kalimat
perintah, dan kalimat seruan.
(4) Kalimat aktif dapat divareiasikan dengan kalimat pasif.
(5) Kalimat tunggal dapat divariasikan dengankalimat majemuk.
(6) Kalimat taklangsung dapat divariasikan dengan kalimat langsung.
(7) Kalimat yang diuraikan dengan kata-kata dapat divariasikan dengan
tampilan gambar,bagan,grafik, kurva, marik, dan lain-lain.
(8) Apa pun bentuk kevariasian yang dilakukan oleh penulisjangan sampai
mengubah atau keluar dari pokok masalah yang dibicarakan.
Perhatikanlah contoh kalimat dengan variasinya.
(a) Dari renungan itu seorang manajer menemukan suatu makna, suatu
realitas yang baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang
menjiwai bisnisnya ke depan.
(b) Seorang ahli Inggris mengemukakan bahwa seharus tidak dibangun
pelabuhan samudera. Namun, pemerintah tidak memutuskan demikian.Memang cukup banyak mengendorkan semangat kalau melihatkeadaan di Indonesia belahan Timur meskipun fasulitas pengangkutan laut dan udara sudah banyak dibangun. (Variasi kalimat dengan kata berawalan me- danberawalan di-).

7. PENALARAN DALAM KALIMAT EFEKTIF
PENALARAN (reasoning) adalah proses mental dalam mengembang kan pikiran logis (nalar) dari beberapa fakta atau prinsip (KBBI,2005:772). Hal yang diutamakan dalam penalaran adalah proses berpikr logis dan bukan dengan perasaan atau bukan pengalaman. Penalaran tidak akan tercapai jika tidak didukung oleh kesatuan dan kepaduan kalimat. Dalam penalaran alur berpikirlah ang ditonjolkan agar kalimat dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipahami dengan benar dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman atau salah kaprah. Kesatuan pikiran akan logis jika didukungatau dikaitkan dari gabungan unsur atau fungsi kalimat. Hubungan logis dalam kalimat dapat dilihat melalui kaitan antarunsur dan kaitan antarbagian kalimat. Hubungan logis dalam kalimat terdiri atas tiga jenis hubungan berikut.
(1) Hubungan logis koordinatif adalah hubungan setara di antara bagianbagian kalimat dalam kalimat majemuk setara. Hubungan logis koordinatif ini ditandai dengan konjungsi dan, serta, tetapi, atau,melainkan, sedangkan, padahal.
Contoh: Mobil itu kecil tetapi pajaknya sangat besar.
(2) Hubungan logis korelatif adalah hubungan saling kait di antara bagian
kalimat. Hubungan korelatif ini ditandai oleh konjungsi berikut.
Hubungan penambahan : baik….maupun, tidak hanya..., tetapi juga……..
Hubungan perlawanan : tidak….., tetapi….., bukan……., melainkan
Hubungan pemilihan : apakah…., atau….., entah….entah……
Hubungan akibat : demikian…..sehingga, sedemikianrupa……sehingga
Hubungan penegasan : jangankan…..,…..pun…..
(3) Hubungan logis subordinatif adalah hubungan kebergantungan diantara induk kalimat dan anak kalimat.
Contoh: Dosen itu tidak masuk karena rumahnya kebanjiran.
Hubungan subordinatif dalam kalimat majemuk tak setara (bertingkat) cukup banyak hubungan antara induk kalimat dan anak kalimat yang ditandai dengan konjungsi-konjungsi berikut.
(a) Hubungan waktu : ketika,setelah, sebelum,
(b) Hubungan syarat : jika,, kalau, jikalau,
(c) Hubungan pengandaian : seandainya andaikan,andai kata,
(d) Hubungan tujuan : untuk, agar,supaya,
(e) Hubungan perlawanan : meskipun,walaupun, kendatipun,
(f) Hubungan pembandiungan : seolah-olah, seperti, daripada, alih-alih,
(g) Hubungan sebab : sebab,karena, oleh sebab,lantaran,
(h) Hubunganhasil/akibat : sehingga, maka, sampai (sampai)
(i) Hubungan alat : dengan, tanpa
(j) Hubungan cara : dengan, tanpa,
(k) Hubungan pelengkap : bahwa, untuk, apakah,
(l) Hubungan keterangan : yang,
(m) Hubungan perbandingan : sama….dengan, lebih….daripada,
berbeda…..dari
Contoh kalimat yang salah karena tidak logis (salah nalar)
(1) Di antara masalah nasional yang penting itu mencantumkan masalah
MPKT dalam pendidikan (SALAH).
Di antara masalah pendidikan nasional itu tercantum masalah MPKT dalam pendidikan (BENAR)
(2) Untuk mengetahui baik buruk pribadi seseorang dapat dilihat dari
tingkah lakunya sehari-hari. (SALAH) 
Baik buruk pribadi seseorang dapat dilihat dari pribadinya sehari-hari. (BENAR)
(3) PT Gudang Garam termasuk lima penghasil terbesar devisa negara
tahun 2010. (SALAH)
PT Gudang Garam termasuk lima besar penghasil devisa negara tahun
2010. (BENAR).
(4) Meskipun dia datang terlambat, namun dia dapat menyelesaikan
      masalah itu. (SALAH)
      Meskipun datangterlambat, dia dapat menyelesaikan masalah itu.
      (BENAR)
Dia datang terlamat, namun dapat menyelesaikan masalah itu. (BENAR)
(5) Dia membantah bahwa bukan dia yang korupsi tetapi staf keungan
perusahaan. (SALAH)
Dia menyatakan bahwa bukan dia yang korupsi melainkan staf
keuangan perusahaan. (BENAR).





























BAB VII, VIII DAN IX
PARAGRAF ATAU ALINEA DALAM TEKS

A. PENGERTIAN PARAGRAF
Satuan bahasa yang lebih besar danlebih luas darikalimat adalah
paragraph atau aline. Dalam definisinya,PARAGRAF adalah satuan bahasayang mengemukakan sebuah pokiok pikiran atau satu gagasan utama yang disampaikan dalam himpunan kalimat yang koherensif. Setiap
paragrafharus menyampaikan sebuah gagasan utama. Gagasan utama
tersebut harus dijelaskan oleh gagasan-gagasan bawahan, sehingga dalam paragraph terdapat beberapa kalimat yang saling tekait. Dalam rangkaian kalimat itu tidak satupun kalimat yang bertentangan dengan kalimat gagasan utama dan kalimat-kalimat gagasan bawahan. Kalimat yang berisi gagasan utama disebut kalimat topic dannkalimat yang bergagasan bawahan adalah kalimat penjels. Sebuah paragraf minimal tediri tiga kalimat dalammpenulisan karangan ilmiah. Perhatikanlah contoh paragraph berikut yang berisi gagasan utama atau kalimat topic dan bergagasan bawahan dalam kalimat penjelas.
(1) Sampah selamanya selalu memusingkan.
(2) Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkalikali pula solusinya dirancang.
(3) Namun, berbagai keterbatasan tetap menjadikan sampah sebagaimasalah yang pelik.
(4) Pada waktu diskusi atau seminar sampah berlangsung, penimbunan
sampah terus terjadi.
(5) Hal ini mendapat perhatian serius karena masalah sampah berkaitan
dengan pencemaran air dan banjir.
(6) Selama pengumpulan,pengankutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama
Keenamkalimat dalam paragraph di atas membicarakan soal sampah,
sehingga topic dalamparagraf tersebut dalah “masalah sampah”. Kalimat –kalimatnya koherensi atau saling terkait logis sehingga pembaca dapat
dengan mudah memahamitopik “masalah sampa” dalam paragraph itu
dengan baik.

B. FUNGSI PARAGRAF
Paragraf yangberupa himpunan kalimat saling terkait dalam mengemukakan mengemukakan gagasan utama berfungsi penting bagi
penulis paragraph dan bagi pembaca paragraph dalam teks. Perhatikanlah
fungsi-fungsi paragraph tersebut.
Fungsi Paragraph bagi Penulis
(1) Paragraf memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema yang lain dalam teks.
(2) Paragraf merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah idea tau pokok pikiran secara tertulis.
(3) Paragraf harus memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide, sehingga tidak terjadi percampuran di antara unit pikiran penulis.
(4) Penulis tidak cepat lelah dalammenyelesaikan sebuah karangan dan
termotivasi masuk ke dalam paragraf berikutnya.
(5) Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan
dalam satu kesatuan yang koherensi: bab pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan.

Fungsi Paragraf bagi Pembaca
(1) Dengan memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar
Danformal, pembaca dengan jelas memahami gagasan utama paragraf penulis.
(2) Pembaca dengan mudah “menikmati” karangan secara utuh, sehingga
memperoleh informasi penting dan kesanyang kondusif.
(3) Pembaca sangat tertarik dan bersemangat membaca paragraph per
paragraph karena tidak membosankan atau tidak melelahkan.
(4) Pembaca dapat belajar bagimmana cara menarik untuk menyampaikan
sebuah gagasan dalam paragraph tulis.
(5) Pembaca merasa tertarik dan termotivasi cara menjelaskan paragraph
tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dapat juga dengan gambar,bagan,diagram, grafik,dan kurva.

C. Persyaratan Paragraf yang Baik dan Benar

Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi persyaratan berikut.
(1) Kesatuan yang kompak,yaitu semua kalimat harus mengemukakan satu
tema yang jelas.
(2)Koherensi yang padu, yaitu antarkalimat dalamparagraf saling terkait
Dalamparagraf. Cara mengaitkan antarkalimat dalam paragraph dapat dilakukan dengan cara berikut.
(a) Pengulangan kata kunci (repetisi) yang terdapat dalamsetiapkalimat.
(b) Penggunaan kata penghubung (konjungsi) setiap awalkalimat dengantepat dan benar.
(c) Penggunaan kata ganti orang atau kata ganti penunjuk
Sebagaipengganti gagasan utama dengan kata-kata seprti: dia, mereka,nya, itu, tersebut, ini.
(3) Penggunaan metode pengembangan paragraph sebagai penjels gagasan utama paragraph. Metode yang digunakan dari metodeproses sampai dengan metode definisi.
(4) Setiap paragraph harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis
dalam kalimat topic. Posisi Kalimat topic dalam paragraph ditempatkan pada :
(a) Kalimat topic pada awal paragraf (deduktif),
(b) Kalimat topic pada akhir paragraf (induktif,
(c) Kalimat topic pada awal dan akhir paragraph (deduktif—induktif)
(d) Kalimat topic pada temgah paragraph (ineratif)
(e) Kalimat topic pada semua kalimat dalamparagraf (deskriptif).
Kalimat topic dalam paragraph ditulis dalam klalimat tunggalatau kalimatmajemuk bertingkat karena kedua kalimat itu hanya menyampaikan satu gagasan utama.
(5)Penulis paragraph tetap memmerhatikan kaidah satuan bahasayang lain, seperti ejaan, tanda baca, kalimat, diksi, dan bentukan kata.
(6) Dalam penulisan karangan ilmiah,penulisan paragraph harus
diperhatikan hal-hal teknis penulisan .Seperti kutipan, sumber rujukan, tata latak grafik, kurva,gambar.
(7) Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraph pada posisi bagian
karanagan pendahuluan, isi,dan bagian kesimpulan.
(8) Penulisan paragraph yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk.
(9) Penulis juga memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam
sebuah paragraf, yaitu jumlah kosakata paragraph antara 30—100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga kalmia.
(10) Jika uraianparagraf melebihi 100kata sebaiknya dibuat menjadi dua
paragraph.

D. JENIS-JENIS PARAGRAF
Dalam karangan terdapat bermacam-macam jenis paragraph. Macam jenis
paragraph tersebut jika diperhatikan dari berbagai sudut pandang. Berikut ini ditampilkan berbagai jenis paragaraf.
(1) Jenis paragraph diperhatikan dari satuan karangan, di antaranya :
(a) Paragraf pembuka yangterdapat padaawalkarangan sebagaipengantar pokok pikiran penulis yangditempatkan pada bagian pendahuluan.
(b) Paragraf isi adalah paragraph yangmenguraikan pokok masalah
Dalam karangan, yaitu bagian isi atau uraian karangan.
(c) Paragrafpenutup adalah paragraph yang menyimpulkan atau mengakhiri sebuah karangan,yaitu bagian penutup atau kesimpulan.
(2) Jenis paragraph diperhatikan dari sudut pandang sifat tujuan karangan,di antaranya :
(a) Paragraf eksposisi adalah paragraph yang menginformasikan atau
memaparkan pokok masalah.
(b) Paragraf argumentative adalah paragaraf yang mengemukan suatu
pikiran dngan alasanlogis.
(c) Paragraf deskriptif adalah jenis paragrafyang memerikan suatu
suasana, area, dan benda.
      (d) Paragraf naratif adalah jenis paragraph yang menceritakan suatu
masalah.
(e) Paragraf persuasive adalah jenis paragraph yang memengaruhi ataumerajuk orang tentang sesuatu .
(3)Jenis paragraph diperhatikan dari posisi kalimat topic dalam
paragraph,diantaranya :
(a) Paragraf deduktif adalah jenisparagraf yang menempatkan kalimat topik pada awal paragraph.
(b) Paragraf induktif adalahjenis paragraph yang menempatkan kalimat topik pada akhir paragraph.
(c) Paragraf dedukti-induktif adalah jenis paragraph yang menempatkan kalimat tepi pada awal dan akhir paragraph.
(d) Paragraf ineratif adalah jenis paragraph yang meletakkan kalimat topik pada tengah paragraph.
(e) Paragraf tanpa kalimat topic adalah paragraph yang menyeimbangkan paragraph yang melebihi satu paragraph.
(4) Jenis paragraph diperhatikan dari cara atau metode pengambangan paragraph, di antaranya :
(a)Paragraf menerangkan,
(b) Paragraf merinci,
(c) Paragraf contoh,
(d) Paragraf buktian,
(e) ParagrafPertanyaan,
(f) Paragraf perbandingan,
(g) Paragraf sebab akiba.
Dari ke-4 sudut paragraph di atas, paragraph darisudut pandang satuan
karangan dan paragraph sudut pandang sifat tujuan karangan yang perlu
dipahami lanjut.
Setelah memerhatikan jenis-jenis paragrafdari berbagai sudut pandang,berikut ini akan dijelaskan Janis paragraph dari sudut pandang satuankarangan, yaitu paragraph pembuka , paragraph isi, dan paragraph penutup.

PARAGRAF PEMBUKA
Paragraf pembuka adalah paragraph yang mengawali sebuahpenulisan
karangan dengan mengantarkan pokok masalah dalambagian pendahuluan karangan. Hall-halyang harus diperhatikan dalam menyusun paragraph pembuka karangan.
(1) Paragraf itu berfungsi mengantar pokokmasalah karangan.
(2) Paragraf ini sanggup menyiapkan pikiran pembaca pada pokok masalah yang akan dijelaskan.
(3) Kata-kata dalamparagraf ini hendaknya menarik perhatian pembaca,
     sehingga mudah memahami pokok masalah yang akan diuraikan.
(4) Kalimat dan paragraph dalambagian ini tidak terlalupanjangkarena
paragraph belum menguraikan.

PARAGRAF ISI
Paragraf isi atauparagraf pengembang adalah jenis paragraph yang berfungsimenuraikan atau memperjelas pokok masalah yang akan diuraikan dalamkarangan.Uraian pokok masalah dalamparagraf ini dapat disampaikan dengan berbagaimetode pengembangan dan menbampilkan hal-halteknis uraian dalamkarangan ilmiah. Hal-halyang diperhatikan dalam jenisparagrafini diantaranya:
(1) Mengemukakan pokok masalah dengan jelas dan eksplisit.
(2) Perlu dijaga keserasian dan kelogisan antarparagraf.
(3) Pengambangan paragraph dapat menggunakan jenis paragraph ekspositoris, argumentative,deskriptif, dan naratif.
(4) Memperhatikanhalteknis penulisan seperti kutipan, sumberkutipan,
penggunaan bagan diagram grafik kurfa.
(5) Menyiapkan uraian pokok masalah yang disentesiskan sebagai bahan
paragraph kesimpulan.

PARAGRAF PENUTUP
Paragraf penutup merupakan pernyataan kembali gagasan yang diuraikanatau merupakan jawaban pertanyaan yang terdapat pada paragraphpembuka.Paragraf ini merupakan akhir sebuah karangan yang dapat disampaisecara horisontaldan vertical dalam rincian. Hal-hal yang perlu diperhatikandalam penyusunan paragraph penutup ini, antara lain
1) Paragraf ini tidak boleh terlalu panjang dan tidak begitu saja
memutuskannya.
2) Paragraf ini ditampilkan sebagai cerminan sebuah kesimpulan.
3) Paragraf ini harus mendapat kesan positif dan informasi
4) pengetahuan yang logis dan kondusif.
5) Paragraf ini dapat berupa jawaban singkat dariuraian atau pertanyaan
yang terdapat pada paragraph Pembuka.
6) Paragraf ini jangan lagimenguraikan, mengutip,dan mengemukakan
masalah baru.
7) Berdasarkan apa yang disimpulkan dalam paragraf, penulis dapat
mengajukan rekomendasi atau
8) Usulan yang berupa saran karena keterbatasan waktu dan dana yang
penulis dapatkan.

1. JENIS TULISAN
Sebelum mengarang, apalagi karangan ilmiah, seseorang harus paham
terlebih dahulu mengenai apa itu karangan dan jenis-jenisnya. Dengan begitu, seorang penulis dapat menentukan jenis karangan yang akan dibuatnya dan memudahkan yang bersangkutan menyusun kerangkanya sehingga tujuan ia menulis dapat tercapai. Pada dasarnya, mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau menguas topik tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (Finoza, 2008:228). Selain itu, harus pula dipahami bahwa karangan dapat bersifat nonilmiah, semiilmiah atau ilmiah populer, dan ilmiah. Ketiganya memiliki sejumlah perbedaan seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Sifat Karangan
Ciri
Contoh
Nonilmiah
(1) Tidak terikat oleh aturan
bahasa yang baku,
(2) Struktur tidak baku
walaupun tetap sistematis,
(3) Nonfaktual atau rekaan
(4) Subjektif,
(5) Biasanya berbentuk
narasi, deskripsi, dan
campuran
Cerita pendek, anekdot,
dan puisi
Semiilmiah
(1) Menghindari istilah-istilah
teknis dan menggantinya
dengan istilah umum,
(2) Struktur tidak baku walaupun
tetap sistematis,
(3) Pengamatan bersifat faktual,
(4) Bersifat campuran objektif
dan subjektif,
(5) Biasanya berbentuk
eksposisi, persuasi,
deskripsi, dan campuran
Berita, opini, dan artikel
Ilmiah
(1) Sumber bersifat faktual,
(2) Bersifat objektif
(3) Menggunakan kaidah bahasa
yang baku,
(4) Terikat oleh aturan yang
lazim digunakan dalam ranah
penulisan ilmiah bidangbidang
ilmu,
(5) Struktur bersifat baku,
(6) Argumentasi dan campuran
Makalah, skripsi, tesis,
dan disertasi
a. Eksposisi



a. Eksposisi
Karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan memberikan
panjelasan, informasi, keterangan, dan pemahaman kepada pembaca atau
pendengar tentang suatu hal. Tulisan jenis ini biasanya menguraikan sebuah proses atau suatu hal yang belum diketahu oleh pembaca atau proses kerja suatu benda (Keraf, 1977: 110). Sebuah tulisan ekspositoris semata-mata hanya memberikan informasi dan tidak bertujuan lain, seperi misalnya berpromosi atau menggiring pembaca agar setuju dengan apa yang dijelaskan di dalamnya. Jenis karangan ini dapat kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari di media massa, seperti berita politik, berita kriminal,
atau lainnya. Karena sifatnya yang memaparkan, karangan eksposisi dapat
juga disebut paparan. Teks di bawah ini merupakan contoh eksposisi di
media massa.
Kilau Batu Berharga
Bebatuan berharga muncul mempercantik aksesori. Kenali jenis bebatuan yang mayoritas terbuat dari kandungan mineral ini, yuk!
Berlian
Berasal dari atom karbon yang dibentuk di bawah tekanan sangat tinggi dan terkubur amat sangat dalam di bawah tanah. Berlian berharga mahal karena selain cantik, batu ini juga sangat sulit ditemukan di dunia dan melalui proses pengolahan yang sulit. Permukaan berlian tidak bisa basah oleh air, namun sangat rentan terhadap minyak. Berlian dinilai dari kejelasan (clarity), warna (color), dan potongannya (cut). Indonesia adalah salah satu penghasil berlian yang terbaik!
Amethyst
Amethyst adalah jenis batuan yang paling berharga dan mudah dikenali. Amethyst memiliki nuansa warna ungu, dari ungu tua hingga merah pucat keunguan. Amethyst dapat ditemukan di berbagai benua. Amethyst paling langka dan sangat berharga adalah jenis Deep Russian.
Sapphire
Batu berharga ini terbuat dari jenis mineral corundum, lebih tepatnya aluminium oxide. Pengaruh elemen lain, yaitu zat besi, titanium, chromium, copper, atau magnesium membuat Sapphire memiliki banyak warna, dari biru, kuning, pink, ungu, orange, atau hijau. Batu ini dapat ditemukan di lapisan sedimen. Batu Sapphire sangat kuat sehingga tidak hanya digunakan di dunia aksesori saja namun juga alat-alat high-tech seperti komponen optik infrared.
Emerald
Emerald adalah jenis batuan beryl yang paling berharga. Emerald memiliki warna hijau yang kuat dan memendarkan cahaya yang begitu cantik. Batu emerald yang paling baik bahkan memiliki harga melebihi harga berlian, namun sangat tidak mudah menemukan emerald yang sempurna.
Aquamarine
Aquamarine artinya air dan lautan. Batuan ini termasuk ke dalam jenis batuan baryl yang memiliki warna semburat biru; dari biru pucat hingga biru kehijauan. Aquamarine termahal adalah yang berwarna biru aqua yang pekat yang biasa ditemukan di Brazil.
Rubi
Batu ini terbentuk dari mineral yang disebut korundum, terdiri dari oksida aluminium. Warna merah disebabkan oleh jejak kromium, sementara semburat cokelat terjadi karena pengaruh zat besi. Rubi paling berharga adalah yang berwarna merah dengan semburat biru.
(disunting dari “Kilau Batu Berharga” dalam Nova,24—30 September 2012)
b. Argumentasi (Bahasan)
Tulisan ini bertujuan untuk meyakinkan atau mengubah pendapat pembaca
atas suatu pendapat, ideologi, doktrin, sikap, atau tingkah laku tertentu. Dalam tulisan yang bersifat ilmiah, jenis karangan ini biasanya digunakan
oleh penulis karena sebuah karya ilmiah harus dapat meyakinkan pembaca
atas topik yang diuraian penulisnya. Dengan demikian, penulis harusmenyusun karangannya secara logis dengan alasan atau data yang mampu meyakinkan pembaca. Di bawah ini adalah contoh karangan argumentasi.

Terkini
Salah satu kosakata sangat aneh dalam bahasa Indonesia yang banyak digunakan oleh media elektronik, terutama televisi, adalah ‘terkini’. Sejumlah stasiun televisi menggunakan kata itu dengan berbagai variasi ‘Kabar Terkini’, ‘Terdepan dan Terkini’, ‘Indonesia Terkini’, dan lain-lain.
Adakah yang lebih kini sehingga ada yang terkini? Adakah waktu bisa kita tangkap, kita bekukan, menjadi kini yang berhenti, statis, membeku, kemudian kita bikin yang lebih kini bernama terkini? Kini, kemarin, ataupun esok adalah momen yang tak mungkin kita tangkap. Begitulah absurditas waktu. Hanya tubuh kita yang menjadi bukti dan saksi yang menangkap jejak waktu. Bayi bertumbuh remaja, muda, berangsur matang. Setelah itu, tua, kusut, menopause, renta, surut. Bukan karena bahasa Indonesia tak mengenal tenses lalu kita boleh memakai kosakata dengan logika sembarangan. Melath logika, melatih otak, bahkan melatih tubuh—tangan kita pun sebenarnya bisa mengingat apa yang tak diingat oleh otak kita—adalah bagian bagian dari melatih kesadaran. Tiadanya kesadaran membuat jagat kecil, yaitu dari kita, menjadi morat-marit. Korupsi dan segala kejahatan turunannya adalah parihal diri manusia yang kacau.
(Disunting dari “Terkini” oleh Bre Redana dalam Kompas Minggu, 20 Desember 2012)

c. Persuasi (Ajakan)
Karangan persuasi adalah karangan yang tertujuan meyakinkan pembaca,
membuat pembaca percaya, atau membujuk pembaca atas apa yang dikemukakan oleh penulis. Yang dikemukakan itu dapat saja berupa fakta,
produk, pendapat, hingga ideologi tertentu. Bidang yang paling banyak menggunakan jenis karngan ini adalah dunia periklanan. Kata ‘persuasi’ berasal dari kata Inggris ‘to persuade’ yang bararti ‘membujuk’ atau ‘meyakinkan’. Bentuk nominanya adalah ‘persuation’ yang kemudian dipungut ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘persuasi’ (Finoza, 2008: 247). Karangan persuasi dapat dogolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, dan (4) persuasi propaganda. Di bawah ini adalah contoh persuasi dalam iklan.Energhi(untuk Perlindungan Kulit Anda di Tanah Suci) Persiapkan perawatan khusus kulit, wajah dan tubuh Anda saat menuju tanah suci dengan Energhi. Sehingga kondisi cuaca, suhu dan udara yang ekstrim tidak mengganggu kekhusuan ibadah haji Anda. Energhi Skin Care package akan menjaga dan melindungi kulit Anda tetap lembab, sehat dan alami

d. Narasi (Kisahan)
Narasi atau kisahan adalah karangan yang menceritakan sesuatu baik berdasarkan pengamatan maupun pengalaman secara runtut. Sebuah karangan narasi akan berusaha mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1997: 109). Penulisan narasi yang bak
membutuhkan tiga hal, yaitu (1) kalimat pertama dalam paragraf harus
menggugah minat pembaca, kejadian disusun secara kronlogis, dan (3)
memiliki fokus pada tujuan akhir yang jelas (Utorodewo, dkk, 2004: 65).
Selanjutnya, Utorodewo, dkk (2004: 65) mengemukakan bahwa sebuah
karangan narasi akan tersusun dengan baik apabila menggunakan:
(1) keterangan waktu,
(2) keterangan yang berkaitan dengan pekerjaan atau peristiwa, dan
(3) kata-kata peralihan yang mengungkapkan kaitan pikiran, kaitan waktu,
dan kaitan hasil, dan pertentangan.
Ditinjau dari sifatnya, narasi terdiri atas dua jenis, yaitu (1) narasi ekspositoris atau narasi faktual, dan (2) narasi sugesti atau narasi berplot
(Finoza, 2008: 238). Yang dimaksud dengan narasi ekspositoris adalah yang bertujuan memberikan informasi kepada pembaca agar pengetahuan yang bersangkutan bertambah luas, sedangkan narasi sugesti adalah narasi yang ditujukan memberikan makna kepada pembaca melalui imajinasinya. Di bawah ini adalah contoh narasi sugestif.
Dulu, musim hujan pertama itu, ketika anakku dan aku baru pindah kemari, Monang masih rajin datang. Setiap hari raya—Natal, Paskah—dan tentu hari ulang tahunku.
Ya, artinya ia selalu datang sehari sesudahnya. Mungkin ia malu bertemu dengan keluargaku. Jadi selalu diusahakannya agar datang sesudah mereka pergi. Mengelakkan senyum dingin yang terarah kepadanya, yang lebih melukai dari seribu tuduhan. Melarikan diri dari pandangan penuh arti, yang lebih keras memukul daripada tinju kepal. Keluargaku tak pernah memaafkkannya. Barangkali mereka tak sanggup menerima bahwa aku sendiri sudah lama mengampuninya.
Mereka tidak bisa mengerti bahwa aku sanggup tetap mengasihi
orang yang telah mengucilkanku kemari.Kalau bukan karena Monang, tentu aku pun sudah menjadi tokoh masyarakat sekarang. Namaku dan potretku tentu sering muncul di surat kabar. Perbuatanku dan pemikiranku tentu dianggap turut membangun masyarakat, turut mengarahkan terlaksananya cita-cita mereka.
Sekarang... teman-temanku pun sudah lupa padaku. Karenaperbuatan Monang aku menjadi begini... . Tetapi aku sudah lama
mengampuninya. Keampunan dosa—bukankah itu inti sari agamaku?Kuyakinkan bahwa Allah Maha Pemurah, mengampuni dosa sekejiapapun. Ia sudah mengampuni aku. Aku yakin betul bahwa dosaku
diampuni olehNya. Dan kalau begitu, siapakah aku—yang gegabah
menolak penyesalan sesamaku?
Hukumammu sudah cukup berat, Monang. Aku takkan menambahsekerikil pun atas bebanmu. Karena pernah kita begitu berbahagia bersama-sama. Menghayati bersama-sama kecerahan hari hidup kita. Lalu badai menyambar kita—sehingga kita terpisah kini. Tetapi itu bukan cuma salahmu,Monang. “Badai meniupkan kapal-kapal ke mana nakhodanya tak
berhasrat pergi,” kata suatu pepatah kuno. Kapalku kandas, sedangkan kapalmu berlayar terus tanpa harapan.
Ya, sekalipun kau tak pernah mengunjungiku akhir-akhir ini,Monang, sedikit-dikitnya itu kuketahui betul: kau hidup tanpa harapan.Kasihan Monang...Dari rumahku yang kecil di luar kota, kukirimkan rasa ibakukepadamu di rumahmu yang mewah di tengah kota. Bagaikan burung pipit yang hinggap di jendela, memandang bangkai cenderawasih yang kau pajang d atas lemarimu. Dan kalau sampai kau lihat burung pipit itu, Monang, ingatkah kau padaku?
Pada Raumanen, cinta pertamamu?
(Dicuplik dari novel berjudul Raumanen karya Marianne Katoppo,
diterbitkan oleh Metafor Publishing, Jakarta, 1977, hlm. 3—4)

e. Deskripsi (Lukisan)
Deskripsi merupakan jenis karangan yang menggambarkan bentuk objek
pengamatan dari aspek rupa, sifat, rasa, atau corak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya selain menggambarkan perasaan bahagia, takut, sepi, sedih, atau genbira. Tujuan karangan ini adalah membantu pembaca membayangkan apa yang digambarkan tersebut (Utorodewo, dkk, 2004: 65).
Seorang penulis yang hendak menulis karangan deskriptif haruslah teliti,
cermat, dan kreatif memilih kata-kata sehingga pembaca dapat membayangkan objek yang dilukiskan tersebut. Agar sampai pada tujuan tadi, seorang penulis harus mengambil sikap tertentu terhadap objek yang akan dilukiskannya. Ada dua pendekatan yang bisa diambil oleh penulis dalam mendeskripsikan sesuatu, yaitu pendekatan realistis dan pendekatan impresionalistis.

1. Pendekatan Realistis
Dalam pendekatan ini, penulis seolah bertindak sebagai tukang potret yang memotret sebuah objek melalui kameranya. Dengan kata lain, penulis harus bersifat objektif, tidak dibuat-buat, atau apa adanya. Perhatikan contoh berikut.
Orang Bugis berbagai ciri khas yang sangat menarik. Mereka mampu mendirikan kerajaan-kerajaan yang sama sekali tidak mengandung pengaruh India, dan tanpa mendirikan kota sebagai pusat aktivitas mereka. Orang Bugis juga memiliki tradisi kesusastraan, baik lisan maupun tulisan. Berbagai karya sastra tulis yang berkembang seiring dengan tradisi lisan, hingga kini masih dibaca dan disalin ulang. Perpadun antara tradisi lisan dan tulis ini kemudian menghasilkan salah satu epos sastra terbesar di dunia, yakni La Galigo yang lebih panjang dari Mahabharata. (dicuplik dari Manusia Bugis karya Christian Pelras, hlm. 4)

2. Pendekatan Impresionistis
Sesuai dengan namanya, pendekatan impresionistis bertujuan menimbulkan kesan dalam diri pembaca sesuai dengan impresi penulis karena pelukisan bertolak dari sudut pandang penulis. Jadi, sifat pendekatan ini subjektif. Perhatikan cuplikan cerita di bawah ini.
Sepasang burung bangau melayang meniti angin, berputar-putar di langit. Tanpa sekalipun mengepakan sayap, mereka mengapung berjam-jam lamanya. Suaranya melengking seperti keluhan panjang. Air. Kedua unggas ini telah melayang beratus-ratuskilometer mencari genangan air. Telah lama mereka merindukan amparan lumpur tempat mereka mencari mangsa: latak, ikan, udang, atau serangga lainnya. Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk telah tujuh bulan kerontang. Sepasang burung bangau itu takkan menemukan genangan air mesi sebesar telapak kaki. Sawah berubah menjadi padang kering berarna kelabu. Segala jenis rumput mati. Yang menjadi bercak-bercak hijau di sana-sini adalah kerokot, sajian alam bagi sejala jenis
belalang dan jangkrik. Tumbuhan jenis kaktus ini justru hanyamuncul di sawah justru sewaktu kemarau berjaya.
Di bagian langit lain, seekor burung pipit sedang berusahamempertahankan nyawanya. Dia terbang bagai batu lepas dari ketepel. Sambil menjerit sejadi-jadinya. Di belakangnya seekor alap-alap mengejer dengan kecepatan berlebih. Udra yang ditempuh kedua binatang itu membuat udara desau. Jerit pipit kecil itu terdengar ketika paruh alap-alap menggigit kepalanya. Bulu-bulu halus beterbangan. Pembunuhan terjadi di udara yang lengang, di atas Dukuh Paruk.
(dicuplik dari Ronggeng Dukuh Paruk karyaAhmad Tohari, hlm. 9)

2. Ringkasan, Abstrak, dan Sintesis
Ketiga istilah di atas pada intinya merujuk pada pekerjaan yang sama, yaitu
meringkas. Namun, masing-masing memiliki perbedaan yang harus dipahami agar tidak menimbulkan salah paham.

a. Ringkasan
Menyajikan kembali sebuah tulisan yang panjang ke dalam bentuk yang
pendek disebut meringkas. Tindakan meringkas dapat dilakukan terhadap
berbagai jenis teks, di antaranya ringkasan atas novel, ringkasan atas buku
laporan tahunan, dan ringkasan atas sebuah bab sebuah buku. Untuk sampai pada ringkasan yang baik, cara yang dapat dilakukan oleh penulis adalah menghilangkan segala macam ‘hiasan’ dalam teks yang akan diringkas. Yang dimaksud dengan ‘hiasan’ di sini dapat berupa (1) ilustrasi
atau contoh, (2) keindahan gaya bahasa, dan (3) penjelasan yang terperinci.Sebuah ringkasan memiliki beberapa ciri. Pertama, penulis haruslah mempertahankan urutan pikiran dan cara pandang penulis asli. Kedua, penulis harus bersifat netral, dalam arti tidak memasukan pikiran, ide, maupun opininya ke dalam ringkasa yang dibuatnya. Ketiga, ringkasan yang dibuat haruslah mewakili gaya asli penulisnya, bukan gaya pembuat singkasan. Dengan membaca teks asli secara berulang-ulang, menandai kalimat topik setiap paragraf, dan menghilangkan segala macam hiasan, penulis akan dapat membuat sebuah ringkasan yang baik

b. Abstrak
Abstrak adalah karangan ringkas berupa rangkuman. Istilah ini lazim digunakan dalam penulisan ilmiah. Oleh karena itu, abastark terikat dengan
aturan penulisan ilmiah. Dalam sebuah abstrak setidaknya ada hal-hal berkut:
(1) latar belakang atau alasan atas topik yang dipilih,
(2) tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis,
(3) metode atau bahan yang digunakan dalam penelitian,
(4) keluaran atau kesimpulan atas penelitian.
Panjang-pendek sebuah abstrak amat ditentukan oleh tujuannya. Apabila
abstrak tersebut ditulis untuk keperluan Jurnal, maka panjangnya antara 75
sampai dengan 100 kata, sedangkan untuk skripsi 200 sampai dengan 250
kata. Perhatikan contoh abstrak di bawah ini untuk keperluan jurnal.
Abstrak
Tradisi lisan Indonesia mengalami ancaman kepunahan karenaberbagai sebab sehingga diperlukan usaha-usaha yangkomprehensif untuk memeliharanya. Makalah ini akan membicarakan berbagai cara perekaman tradisi lisan di Provinsi Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua dantantangan yang dihadapinya. Tujuannya adalah menjelaskan perlunya usaha inventarisasi sebagai tahap awal penyelamatan tradisi tersebut. Dengan metode observasi langsung yang ditunjang oleh kepustakaan, penelitian diharapkan mampu merekam secara akurat berbagai tradisi lisan yang ada dalam masyarakat Indonesia
secara akurat.
Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa kesepakatan umum dalam dunia
ilmu bahwa abstrak ditulis bahasa Inggris. Misalnya, apabila sebuah artikel
untuk jurnal atau skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia, maka abstraknya
ditulis dalam bahasa Inggris.

c. Sintesis
Berbeda dengan ringkasan dan abstrak yang merupakan ringkasan atas satu sumber saja, sintesis dibuat atas beberapa sumber. Pada dasarnya sintesis adalah merangkum intisari bacaan yang berasal dari beberapa sumber. Kegiatan ini harus memperhatikan data publikasi atas sumber-sumber yang digunakan. Dalam tulisan laras ilmiah, data publikasi atas sumber-sumber tadi kemudian dimasukan dalam daftar pustaka.
Ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan oleh penulis dalam membuat
sintesis, di antaranya (Utorodewo dkk, 2004: 97): (1) penulis harus bersikap objektif dan kritis atas teks yang digunakannya, (2) bersikap kritis atas sumber yang dibacanya, (3) sudut pandang penulis harus tajam, (4) penulis harus dapat mencari kaitan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan (5) penulis harus menekankan pada bagian sumber yang diperlukannya.

3.   Kutipan dan Sistem Rujukan

3.1 Kutipan
Dalam menulis karya ilmiah, kadangkala kita mengutip pendapat orang lain. Kutipan itu kita gunakan sebagai alat untuk memperkuat argumentasi
kita. Dalam upaya tersebut, perlu diperhatikan kebiasaan-kebiasan yang lazim berlaku dalam dunia ilmu.
Kutipan terdiri atas dua jenis, yaitu (1) kutipan langsung dan (2) kutipan tidak langsung. Dalam mengutip secara langsung kita tidak melakukan perubahan apa pun terhadap teks atau bagian teks yang kita kutip tersebut
sedangkan dalam mengutip tidak secara langsung kita diperkenankan untuk menggunakan kata-kata kita sendiri tetapi tidak mengubah makna pada teks aslinya. Keduanya jenis kutipan ini bertujuan sama, yaitu meminjam pemikiran orang lain untuk melengkapi tulisan kita tanpa menghilangkan penghargaan kita kepada orang yang pikirannya kita pinjam tersebut.
Kutipan langsung dan kutipan tidak langsung memiliki ciri-ciri tersendiri.
Ciri kutipan langsung adalah
(1) Tidak boleh ada perubahan terhadap teks asli,
(2) Tanda (sic!) digunakan apabila ditemukan kesalahan pada teks asli,
(3) Tanda tiga titik tiga berspasi (. . .) digunakan apabila ada bagian
kutipan yang dihilangkan, dan
(4) Menggunakan sumber kutipan yang berlaku dalam bidang selingkung.
Dalam proses ini, kadang kita mengutip teks yang panjang dan kadang
mengutip teks yang pendek. Sebuah kutipan disebut kutipan pendek apabila tidak lebih dari empat baris sedangkan kutipan panjang lebih dari empat baris.
Kutipan pendek (1) diintegrasikan langsung dengan tulisan kita, (2) diapit oleh tanda kutip, dan, (3) jangan lupa, sumber kutipan. Kutipan langsung panjang(1) dipisahkan dari teks kita dengan dengan spasi dan besaran huruf yang lebih kecil, (2) boleh diapit oleh tanda kutip oleh tidak, dan (3) jangan lupa, sumber kutipan harus ada. Kutipan langsung, baik yang pendek maupun yang panjang, juga dapat dilakukan pada catatan kaki dengan tatacara: spasi rapat, diapit tanda kutip, dan tidak boleh mengadakan perubahan terhadap teks asli.
Kutipan tidak langsung disebut juga inti sari pendapat memiliki ciri-ciri (1)
diintegrasikan dengan teks, (2) tidak diapit oleh tanpa kutip, dan (3) harus
menyertakan sumber kutipan.
Mengenai sumber kutipan, hal tersebut mutlak harus ditulis jika kita tidak
ingin digolongkan sebagai orang yang melakukan plagiarisme karena  plagiarisme merupakan tindakan pencurian terhadap hak cipta seseorang
yang dilindungi oleh hukum. Selain terhindar dari tuduhan plagiarisme, menyertakan data atas sumber kutipan juga berarti menghargai pikiran orang yang tulisannya kita kutip selain sebagai etika dalam dunia ilmu dan aspek legalitasnya.

3.2 Sistem Rujukan
Dalam upaya menjaga etika ilmiah dalam hal penggunaan sumber lain dalam sebuah tulisan, kita mengenal sistem catatan. Sistem ini dikembangkan dalam tiap bidang ilmu selingkung sehingga muncul variasi dalam penulisannya. Tidak heran apabila sistem yang digunakan oleh bidang ilmu tertentu berbeda dengan sistem yang dikembangkan oleh bidang ilmu lainnya. Walaupun demikian, kita mengenal dua sistem perujukan yang sering digunakan, yaitu :
(1) catatan kaki, dan
(2) catatan belakang.
Catatan Kaki adalah catatan yang diletakkan di bagian bawah halaman
sedangkan Catatan Belakang ada di akhir bab (dalam sebuah buku) atau
bagian akhir sebuah tulisan (dalam sebuah makalah).
Sistem catatan dapat dibagi dalam dua jenis: referensi dan informasi tambahan. Yang dimaksud dengan referensi adalah data semua sumber yang dijadikan rujukan dengan ditandai oleh angka Arab. Teks di bawah ini akan menjelaskan bagaimana catatan dibuat. Sebuah tulisan mengenai hubungan pribadi seseorang dengan lingkungannya mengutip pendapat seorang tokoh psikologi Amerika bernama Donald B. Calne. Tokoh ini menulis buku berjudul Batas Nalar yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia di Jakarta.
Di halaman 159, penulis buku membuat pernyataan yang cukup penting
mengenai mentalitas para pedagang sehingga perlu dikutip dan diberi catatan (bagian yang dikutip ditebalkan).
Setiap orang akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Demikian pula dengan
profesi seseorang. Orang yang sukses berniaga punya kecenderugan
bertindak dan menantang risiko di mana perlu.1 Seperti dikatakan oleh John
Maynard Keynes, dst.
_______________
1Donald B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm.
159.
Informasi Tambahan pada sistem catatan digunakan apabila penulis
memandang perlu menjelaskan sebuah istilah, menjelaskan bagian dari
uraian tertentu, memberikan informasikan adanya sumber lain yang membahas kasus yang sama. Tujuan informasi tambahan ini adalah agar
pembaca mendapatkan informasi yang lebih lengkap atas istilah atau bagian dari uraian tersebut. Contoh berikut diambil dari tulisan Maman S. Mahayana yang berjudul “Gerakan Budaya Menjelang Kemerdekan Indonesia— Malaysia” yang terbit Jurnal Makara Vol. 11, No. 2 Desember 2007, hlm. 48—57. Di halaman 52, Maman menguraikan mengenai usaha seorang tokoh Melayu bernama Ibrahim Yaakob. Kesimpulan atas usaha tokoh itu secara singkat dimasukan dalam catatan kaki.
Sementara itu, tahun-tahun awal selepas berakhir perang Pasifik, bagi Malaysia persoalannya lain lagi. Bagi Malaysia, kemerdekaan yang dicapai Indonesia tanpa melibatkan Tanah Melayu, seolah-olah merupakan sebuah rangkaian perjalanan yang berakhir dengan kegagalan. Sungguhpun demikian, semangat untuk mencapai cita-cita menjadikan Malaysia sebagai negara yang merdeka, tidak sama sekali pudar; perjuangan mesti dilanjutkan. Ibrahim Yaakob dan beberapa pemimpin KRIS lainnya kemudian terbang ke Indonesia dan selanjutnya melakukan perjuanganmya dari Indonesia.17
_________________
17Perjuangan Ibrahim Haji Yaakob untuk menyatukan Malaysia dengan Indonesiaternyata tidak pernah terwujud sampai akhirnya ia meninggal tanggal 9 Maret 1979. Sebagaipenghargaan atas perjuangannya membantu Indonesia, Yaakob dimakamkan di MakamPahlawan Kalibata, 10 Maret 1979.
Dalam hal catatan kaki yang berisi referensi, seorang penulis hampir dapat
dipastikan menggunakan beberapa sumber. Apabila sumber-sumber itu dirujuk beberapa kali dengan halaman yang sama atau berbeda-beda, maka tiga istilah, yaitu Ibid, Op.Cit, dan Loc.Cit, harus diketahui dan dipergunakan dengan benar.
Ibid, Op.Cit, dan Loc.Cit. ketiganya berasal dari bahasa Latin. Ibid berasal
dari kata ibidem yang artinya ‘pada tempat yang sama’. Istilah ini digunakan untuk rujukan apa saja yang digunakan berturut-turut tanpa disela oleh sumber yang lain. Op.Cit. berasal dari kata opere citato yang berarti ‘pada karya yang telah dikutip’. Istilah ini digunakan apabila seorang penulis mengacu sumber berupa sebuah buku yang diacu beberapa kali namun sumber tersebut telah disela oleh sumber yang lain. Loc.Cit. berasal dari kata loco citato yang artnya ‘pada tempat yang telah dikutip’. Istilah ini mengacu kepada artikel dalam bunga rampai, jurnal, majalah, koran, ansiklopedi. Istlah ini dipergunakan apabila artikel tersebut dirujuk beberapa kali dan telah disela oleh sumber yang lain. Perhatikan contoh di bawah ini.
1Donald B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm.159.
2Ibid.
3Ibid, hlm. 40.
4Ibid, hlm. 46.
5Boen S. Oemarjati. 2012. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press. Hlm. 121.
6Arnold Van Gennep. 1992. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press. Hlm. 35.
7Donald B. Calne, Op.Cit., hlm. 170.
8Boen S. Oemarjati, Loc.Cit., hlm. 125.
9Arnold Van Gennep, Op.Cit., hlm. 42.

4. Daftar Pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi adalah semua sumber yang menjadi rujukan seorang penulis dalam kegiatannya menulis sebuah karya ilmiah.
Sumber-sumber tersebut harus dihimpun dalam sebuah daftar yang lazim
disebut sebagai Daftar Pustaka atau Bibliografi atau Kepustakaan dengan
fungsi sebagai berikut.
1. Membantu pembaca mengetahui ruang lingkup studi penulis.
2. Memberikan petunjuk kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang dibacanya serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan.
3. Membantu pembaca memilih referensi yang sesuai dengan bidang studinya.
4.Sebagai bentuk keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai sumbersumber yang dipergunakannya.
Ada beberapa variasi penulisan Daftar Pustaka. Variasi ini terjadi akibat pola-pola penulisan yang dikembangkan oleh selingkung bidang, misalnya format MLA (The Modern Language Association) dan format APA (American Psycologycal Association). Namun demikian, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah daftar pustaka pada dasarnya sama. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
(1) nama penulis,
(2) tahun terbitan sumber yang bersangkutan,
(3) judul sumber yang dipakai sebagai referensi, dan
(4) data publikasi (nama tempat terbit, nama penerbit).
Dalam menyusun Daftar Pustaka, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu:
(1) baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3--5 ketukan ke dalam,
(2) jarak antarbaris 1 spasi,
(3) jarak antarsumber 1,5 atau 2 spasi,
(4) diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis (bergantung pada gaya selingkung bidang)
Untuk nama penulis, penulisannya dalam daftar pustaka berbeda dengan
penuisan dalam Catatan kaki. Pada Catatan Kaki, nama penulis tidak dibalik tetapi Daftar Pustaka dibalik, yakni dengan mendahulukan nama belakang karena dianggap sebagai nama keluarga dan dibatasi oleh koma untuk kata selanjutnya yang dianggap sebagai nama diri seperti contoh berikut.

Format MLA
Caine, Donald B. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005.
Gennep, Arnold Van. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press, 1992.
Oemarjati, Boen S. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai
Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press, 2012.



Format APA
Caine, Donald B. (2005). Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Gennep, Arnold Van. (1992). The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press.
Oemarjati, Boen S. (2012). “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam
Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta:
UI Press.
Apabila pengarang dalam sumber lebih dari satu orang, maka nama penulis pertama saja yang dibalik sedangkan nama pengarang kedua tidak. Apabila penulisnya empat orang atau lebih, maka setelah nama penulis pertama cukup ditulis kata dan ‘dkk’ yang artinya ‘dan kawan-kawan’ yang dalam istilah Latin adalah et.al.
Contoh:
Dua Penulis:
Gustianti, Rina dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi
Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Tiga Penulis:
Gustianti, Rina, Syahrial, dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Empat Penulis:
Gustianti, Rina, dkk. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga PenaMandiri.

5. Topik, Tujuan, Tesis, dan Kerangka Karangan
Sebuah karya ilmiah haruslah direncananan dan disusun dengan cara yang sistematis dan terukur. Untuk itu, perlu ditetapkan terlebih dahulu hal yang paling penting yang hendak diuraikan. Hal yang paling penting itu disebut sebagai topik.
Topik tidak sama dengan judul. Namun banyak orang mengartikannya sama. Topik, seperti telah dikemukakan di atas, haruslah yang pertama ditentukan oleh penulis, sedangkan judul paling akhir karena judul hanyalah kepala karangan.
Dalam memilih perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu (1) harus menarik perhatian penulis, (2) diketahui dan dikuasai oleh penulis, (3) harus sempit dan terbatas, dan (4) untuk penulis pemula hindari topik yang
kontroversial dan baru. Mengapa demikian? Sebab, bagaimana mungkin mengerjakan sesuatu tulisan yang kita sendiri tidak tertarik. Bagaimana pula dapat memberikan uraian yang berbobot apabila bidang atau pengetahuan yang disyaratkan oleh topik yang dipilih tidak kita kuasai. Misalnya, seorang yang tidak mengetahui atau tidak menguasai ilmu sastra bagaimana mungkin menulis makalah yang berisi tinjauan ilmiah karya-karya Mochtar Lubis yang demikian kompleks dengan bobot yang tinggi. Selain itu, sebuah tulisan ilmiah haruslah fokus pada satu masalah dan selesai dibicarakan dalam format tertentu, misalnya untuk jurnal. Jika terlalu luas, maka tulisan itu tidak akan selesai atau melebar ke mana-mana. Demikian pula topik untuk tujuan penulisan skripsi, tesis, atau disertasi. Semuanya harus disesuaikan dengan yang disyaratkan oleh jenis-jenis karya ilmiah tersebut. Bagi seorang penulis pemula, membicarakan sebuah topik yang kontrovesial dan baru akan menyulitkan yang bersangkutan dalam mencarirujukan penunjang. Apabila si penulis ingin melakukan penelitian lapangan mengenai masalah itu, yang bersangkutan akan sulit mempertanggungjawabkan tulisannya. Selain, topik yang terlalu teknis bagi pemula akan menyulitkannya juga karena seorang penulis pemula tidak menguasai istilah-istilah teknis bidang yang digarapnya.
Secara sepintas, menentukan topik sebuah tulisan tampaknya merupakan langkah yang agak sulit dilakukan. Namun demikian, dengan mempertimbangkan posisi penulis dalam bidang ilmu tertentu dan horizon
pengetahuannya di bidang tersebut, seorang calon penulis dapat menentukan sebuah topik yang dapat dia garap dengan baik.Apabila sebuah topik telah selesai dirumuskan, akan diapakan topik itu? Untuk itu, langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan. Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai penulis berdasarkan topik sehingga tujuan itu mempersempit atau membatasi topik.

Tesis dan Kerangka Karangan
TESIS dalam penulisan karangan ilmiah merupakan langkah awal penulisan. Tesis dibentuk berdasarkan topik dan tujuan. Perlu diketahui dulu topik dan tujuan barulah dirumuskan tesis karangan. Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dalam karangan ilmiah. Tanpa mengetahui pokok masalah yang akan dibicarakan penulis tidak dapat menetukan permasalah serta sasaran apa yang akan dicapai dalam penulisan. Supaya topik itu dapat ditetapkan dengan jelas dan menarik, penulis menentukan topik berdasarkan penguasaan permasalahan. Setelah topik ditetapkan, penulis menentukan tujuan dari topik yang telah ditetapkan. Tujuan dari topik itu adalah sasaran yang akan dicapai penulis berdasrkan topiknya. Tujuan semacam pembatasan topik agar tidak menyimpang dari permasalahan. Pada dasarnya tujuan mempersempit permasalahan yang akan dibicarakan dalam karangan.
Oleh karena itu, tujuan harus lebih terbatas atau lebih sempit dari topiknya.
Setelah topik dan tujuan ditetapkan dengan jelas, penulis merumuskan topik dan tujuan itu ke dalam tesis. Degan demikian, TESIS adalah perumusan topik dan tujuan dalam bentuk kalimat dengan menonjolkan topiknya sebagai pokok bahasan. Tesis lebih menonjolkan topik daripada tujuan dengan maksud penulis karangan ilmiah melakukan analisis, intrpretasi, dan sintesis.
Dalam proses penulilasan karangan ilmiah, tesis merupakan “payung” bagi
tahapan penulisan ilmiah. Misalnya, dalam menyusun kerangka karangan
penulis berpedoman pada tesis. Jadi, tesis semacam rambu-rambu pedoman dalam penulisan. Namun, penentuan sebuah tesis juga dapat dilakukan berdasarkan karangan yang sudah jadi (publikasi ilmiah). Dengan demikian,tesis mampu meramalkan, mengendalikan, dan mengarahkan penulis pada proses lanjut penulisan, yaitu penyusunan kerangka karangan (outline).
Dalam penulisan karangan ilmih, penulis tidak langsung menulis setelah mengetahui tesis karangannya, tetapi harus menata pokok-pokok bahasan itu ke dalam kerangka karangan. KERANGKA KARANGAN adalah suatu rencana kerja ilmiah yang teratur untuk mendeskripsikan penyusunan pokok-pokok bahasan ke dalam bab dan subbab dengan menampilkan acuan berupa sumber rujukan (referensi) yang digunakan. Tahapan penyusunan kerangka karangan itu perlu dimanfaatkan oleh penulis karena kerangka mempunyai beberapa fungsi penting dalam proses penulisn, di antaranya;
(1) Tidak mengolah ide sampai dua kali sehingga penulisan tidak keluar daripokok masalahnya.
(2) Menciptakan klimaks yang berbeda setiap bab sehingga ada variasi dalam penyajian materi karangan,
(3) Mengingatkan penulis pada bahan/materi sebagai sumber rujukan dan bahan.
(4) Membaca ulang karangan yang sudah selesai dapat menciptakan kembali reproduksi yang sama dari pembaca.
(5) Dapat dilihat dengan jelas wujud, ide, nilai umum, dan spesifikasi karangan,dan
(6) Berarti setengan karang sudah selesai dilakukan atau merupakan tahapan akhir dari prapenulisan.

Setelah mengetahui fungsi kerangka karangan bagi penulis, penulis perlu
memperhatikan hal-hal berikut.
(1) Perumusan tesis dan pngungkapan maksud dengan jelas dan benar.
(2) Penginventarisan topik ke dalam sub-subtopik secara maksimal.
(3) Pengevaluasian semua topik yang telah dirinci ke dalam tahapan:
(a) semua bab topik relevan dengan tesisi,
(b) jangan ada topik yang sama, dan
(c) semua topik dan subtopik sudah disusun secara paralel,
(4) Tahapan (3a) dan (3b) dilakukan secara berulang untuk mendapatkan
subtopik yang terinci secara maksimal,
(5) Penetapan pola susun ragangan yang tepat: pola alamaiah atau pola
logis.
(6) Sadarilah ragangan tidak sekali buat.
(7) Ragangan ini sebagai pedoman penyusunan daftar isi karangan.

Melalui tahapan penulisan kerangka karangan, penulis perlu memerhatikanpersyaratan penyusunan kerangka karanganberikut.
(1) Tesis sudah jelas dan benar,
(2) Data primer dan data sekunder sudah terkumpul, dibaca, dan dikutip
dalam catatan.
(3) Tiap unit dalam kerangka karangan mempunyai satu gagasan.
(4) Pokok-poksdok kerangka karangan disusun secra logis, di antaranya
(a) unit pokok terinci secara maksimal,
(b) tiap rincian ada kaitannya dengan unit atasan langsung, dan
(c) urutan rincian baik dan teratur
(5) Pilihlah pola kerangka karangan yang diterapkan
(a) pola alamiah spasial,
(b) pola alamiah kronologis,
(c) pola alamaiah topik yang ada
(6) Pola logis yang digunakan,
(7) Pasangan simbol disusun secara taat asas dengan menggunakan sistem
(a) sistem lekuk,
(b) sistem lurus, dan
(c) sistem gabungan.





0 komentar:

Posting Komentar