Menurut ITTA (Information Technology Association of America), Pengertian Teknologi Informasi adalah suatu studi, perancangan, implementasi, pengembangan, dukungan atau manajemen sistem informasi berbasis komputer, terkhususnya pada aplikasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Teknologi informasi memanfaatkan komputer elektronik dan perangkat lunak komputer untuk mengubah, menyimpan, memproses, melindungi, mentransmisikan dan memperoleh informasi secara aman.
Teknologi informasi dewasa ini menjadi hal yang sangat penting karena sudah banyak organisasi yang menerapkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan organisasi. Teknologi Informasi diterapkan guna untuk pengelolaan informasi yang pada saat ini menjadi salah satu bagian penting karena :
(1) karena meningkatnya kompleksitas dari tugas manajemen,
(2) karena pengaruh ekonomi internasional (globalisasi),
(3) karena perlunya waktu tanggap (respons time) yang lebih cepat,
(4) karena tekanan akibat dari persaingan bisnis.

Fungsi Teknologi Informasi

Berbicara mengenai fungsi teknologi informasi, terdapat enam fungsi teknologi informasi yaitu :
1. Fungsi Teknologi informasi sebagai Penangkap (Capture)
2. Fungsi Teknologi Informasi sebagai Pengolah (Processing)
Fungsi teknologi informasi ini mengkompilasikan catatan rinci aktivitas, misalnya menerima input dari keyboard, scanner, mic dan sebagainya.
Mengolah atau memproses data masukan yang diterima untuk menjadi informasi. Pengolahan atau pemrosesan data dapat berupa konversi (pengubahan data ke bentuk lain), analisis (analisis kondisi), perhitungan (kalkulasi), sintesis (penggabungan) segala bentuk data dan informasi.
3. Fungsi Teknologi Informasi sebagai Menghasilkan (Generating)
Fungsi teknologi informasi ini menghasilkan atau mengorganisasikan informasi ke dalam bentuk yang berguna, misalnya laporan, table, grafik dan sebagainya.
4. Fungsi Teknologi Informasi sebagai Penyimpan (storage)
Fungsi teknologi informasi ini merekam atau menyimpan data dan informasi dalam suatu media yang dapat digunakan untuk keperluan lainnya. Misalnya saja disimpan ke harddisk, tape, disket, CD (compact disc) dan sebagainya.
5. Fungsi Teknologi Informasi sebagai Pencari Kembali (Retrifal)
Fungsi teknologi informasi ini menelusuri, mendapatkan kembali informasi atau menyalin data dan informasi yang sudah tersimpan, misalnya mencari supplier yang sudah lunas dan sebagainya.
6. Fungsi Teknologi Informasi sebagai Transmisi (Transmission)
Fungsi teknologi informasi ini mingirim data dan informasi dari suatu lokasi lain melalui jaringan komputer. Misalnya saja mengirimkan data penjualan dari user A ke user lainnya.

Tujuan Teknologi Informasi

Tujuan Teknologi Informasi adalah untuk memecahkan suatu masalah, membuka kreativitas, meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan pekerjaan. Jadi dapat dikatakan karena dibutuhkannya pemecahan masalah, membuka kreativitas dan efisiensi manusia dalam melakukan pekerjaan, menjadi penyebab atau acuan diciptakannya teknologi informasi. Dengan adanya teknologi informasi membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan efisien.
Sekian pembahasan mengenai pengertian teknologi informasi, fungsi teknologi informasi dan tujuan teknologi informasi, semoga tulisan saya mengenai pengertian teknologi informasi, fungsi teknologi informasi dan tujuan teknologi informasi dapat bermanfaat.

Sumber : Buku dalam Penulisan Pengertian Teknologi Informasi, Fungsi Teknologi Informasi dan Tujuan Teknologi Informasi :

– Sutarman, 2009. Pengantar Teknologi Informasi. Penerbit Bumi Aksara : Jakarta.
Referensi : http://www.pengertianpakar.com/2015/02/pengertian-fungsi-dan-tujuan-teknologi-informasi.html
TUGAS PEMEROGRAMAN DASAR_1

Tugas 1 ( 15-Okt-2018 )

GNAT Programming Studio
(GPS, sebelumnya dikenal sebagai GNAT Programming System) adalah lingkungan pengembangan terintegrasi multi-bahasa (IDE) gratis oleh AdaCore. GPS menggunakan kompiler dari GNU Compiler Collection, mengambil namanya dari GNAT, kompilator GNU untuk bahasa pemrograman Ada.
GPS adalah cross-platform, berjalan di Linux, FreeBSD, Microsoft Windows, Mac OS X, dan Solaris. GPS menggunakan GTK + sebagai toolkit widget untuk antarmuka pengguna grafisnya. Dirilis di bawah Lisensi Publik Umum GNU, GPS adalah perangkat lunak bebas.
Isi
1 Fitur
2 Lihat juga
3 Referensi
4 tautan Eksternal
Fitur [sunting]
GPS mendukung berbagai bahasa pemrograman selain Ada, termasuk C, JavaScript, Pascal, dan Python. Selain itu, ia mendukung sejumlah jenis file lain untuk membangun sistem seperti Autoconf dan Make, bersama dengan format dokumentasi seperti Changelog dan Texinfo.
Fungsi pengembangan baru GPS yang paling menarik dari versi 4.0 adalah kemampuan edit jarak jauh, debug jarak jauh, dan cross-compilation untuk platform yang tidak tersedia secara GPS / GCC.
Versi baru ini juga mencakup fungsi edit baru, di antaranya adalah fitur pelengkapan otomatis cerdas.
GPS mendukung sistem kontrol Versi berikut: CVS, Rational ClearCase, Subversion, git.
GPS dapat mengedit file yang dikodekan dalam semua skema pengkodean yang didukung GNAT. Secara detail: ISO-8859-1, ISO-8859-2, ISO-8859-5, ISO-8859-6, ISO-8859-7, KOI8-R, Shift JIS, GB2312, UTF-8, UTF-16 dan UTF-32.
GNOME Builder
telah menangani pengembang "Aplikasi GNOME" dari permulaannya pada, dan bertujuan untuk berintegrasi dengan baik dengan alat pengembangan desktop Gnome lainnya. Ini memiliki dukungan terintegrasi untuk GNOME Devhelp. Sistem kontrol versi git dapat digunakan oleh GNOME Builder untuk menyorot penambahan kode dan perubahan. Ada dukungan untuk mengembangkan aplikasi flatpak.
GNOME Builder menawarkan penyorotan sintaks untuk banyak bahasa pemrograman dengan menggunakan GtkSourceView. Penyelesaian kode tersedia untuk bahasa-C (C, C ++, dll) dan Python, dengan bahasa tambahan yang sedang dikembangkan. Plugin didukung dan dapat ditulis dalam C, Python 3, atau Vala.
GNOME Builder memiliki dukungan dasar untuk banyak bahasa pemrograman, dan akan menawarkan fitur tambahan untuk bahasa yang didukung oleh Introspeksi GObject. Di GUADEC2016 Christian Hergert memberikan demo di YouTube tentang versi GNOME Builder yang akan datang. Lebih banyak fitur akan diintegrasikan setelah GTK + Scene Graph Kit akan digabung menjadi GTK +. sysprof dilabeli dan nomor versinya terbentur dari 1.2.0 ke 3.20 dan diintegrasikan dalam versi 3.22.]
Gnome Builder menggunakan Gnome Code Assistance untuk menyediakan diagnostik kode untuk CSS, HTML, JS, JSON, Python, Ruby, SCSS, skrip Shell, dan XML. Jedi digunakan untuk penyelesaian kode untuk Python. Clang digunakan untuk bantuan kode untuk bahasa C-like. Diagnostik karat disediakan dengan menggunakan Bahasa Server Protokol untuk berkomunikasi dengan Server Bahasa Karat.
KDevelop
adalah perangkat lunak bebas pengembangan lingkungan terintegrasi (IDE) untuk Platform KDE pada sistem operasi komputer mirip Unix. KDevelop tidak menyertakan compiler; sebaliknya, ia menggunakan kompilator eksternal seperti GCC untuk menghasilkan kode yang dapat dieksekusi.
Versi saat ini, 4.4.0, secara resmi dirilis pada 23 Oktober 2012. Ini dibangun di atas platform KDE Platform 4 dan mendukung pengembangan C, C ++, PHP, dan Python. Rilis stabil terakhir dari versi utama sebelumnya, 3.5.5, yang didasarkan pada teknologi K Desktop Environment 3, mendukung banyak bahasa pemrograman seperti Ada, Bash, C, C ++, Fortran, Java, Pascal, Perl, PHP, Python dan Rubi. Dirilis di bawah Lisensi Publik Umum GNU, KDevelop adalah perangkat lunak gratis.
Isi
1 Sejarah
2 Fitur
3 Lihat juga
4 Bacaan lebih lanjut
5 Referensi
6 Tautan eksternal
Sejarah
KDevelop 1.x dan 2.x dikembangkan selama periode empat tahun dari basis kode KDevelop awal. [7] Bernd Gehrmann memulai penulisan ulang lengkap dari awal dan mengumumkan KDevelop 3.x pada 30 Maret 2001. [8] Rilisan pertamanya bersama dengan K Desktop Environment 3.2 pada Februari 2004. Pengembangan KDevelop 3.x dihentikan pada tahun 2008.
KDevelop 4.x telah dikembangkan sejak Agustus 2005. Ini adalah penulisan ulang lengkap dengan inti yang lebih baik dan model pemrograman yang lebih berorientasi objek. [9] Pada Mei 2010, versi final KDevelop 4.0.0 dirilis.
fitur
KDevelop menggunakan komponen editor teks tertanam melalui kerangka KPart. Editor default adalah KDE Advanced Text Editor, yang dapat secara opsional diganti dengan editor berbasis Qt Designer. Daftar ini berfokus pada fitur KDevelop sendiri. Untuk fitur khusus untuk komponen editor, lihat artikel di Kate.
Editor kode sumber dengan penyorotan sintaks dan indentasi otomatis (Kate). Manajemen proyek untuk berbagai jenis proyek, seperti Automake, qmake untuk proyek berbasis Qt dan Ant untuk proyek berbasis Java. Browser kelas.
Desainer GUI Front-end untuk GNU Compiler Collection dan GNU Debugger. Wizards untuk menghasilkan dan memperbarui definisi kelas dan kerangka kerja aplikasi. Penyelesaian kode otomatis (C / C ++). Dukungan Doxygen built-in. Dukungan revisi (juga dikenal sebagai SCM) mendukung. Sistem yang didukung termasuk CVS, Subversion, Perforce, ClearCase, Git, Mercurial, dan Bazaar
KDevelop 3 adalah arsitektur berbasis plugin sepenuhnya. Ketika seorang pengembang membuat perubahan, mereka hanya perlu mengkompilasi plugin. Ada kemungkinan untuk menyimpan beberapa profil yang masing-masing menentukan plugin mana yang akan dimuat. KDevelop tidak dilengkapi dengan editor teks, tetapi menggunakan plugin untuk tujuan ini juga. KDevelop adalah bahasa pemrograman independen dan membangun sistem-independen, mendukung KDE, GNOME, dan banyak teknologi lainnya seperti Qt, GTK +, dan wxWidgets.
KDevelop telah mendukung berbagai bahasa pemrograman, termasuk C, C ++, Perl, Python, PHP, Java, Fortran, Ruby, Ada, Pascal, SQL, dan Bash scripting. Sistem build yang didukung termasuk GNU (automake), cmake, qmake, dan dibuat untuk proyek-proyek khusus (KDevelop tidak menghancurkan pengguna Makefile jika mereka digunakan) dan proyek scripting yang tidak memerlukannya.
Penyelesaian kode tersedia untuk C dan C ++. Simbol disimpan dalam file DB Berkeley untuk pencarian cepat tanpa penguraian ulang. KDevelop juga menawarkan kerangka pengembang yang membantu menulis parser baru untuk bahasa pemrograman lainnya. Suatu debugger terintegrasi memungkinkan secara grafis melakukan semua debugging dengan breakpoint dan backtraces. Bahkan bekerja dengan plugin yang dimuat secara dinamis tidak seperti baris perintah GDB. Quick Open memungkinkan navigasi cepat antar file.
Saat ini, 50 hingga 100 plugin ada untuk IDE. Yang utama termasuk pembukuan kode proyek yang terus-menerus, singkatan Kode yang memungkinkan perluasan teks dengan cepat, pemformat Sumber yang memformat ulang kode ke panduan gaya sebelum menyimpan, Pencarian ekspresi reguler, dan pencarian / penggantian di seluruh proyek yang membantu dalam refactoring kode.

wikipedia.com
di Oktober 17, 2018


                                                                          BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Kata sumber dalam artian ini hanya dapat digunakan untuk Al-Qur’an maupun sunnah, karena memang keduanya merupakan wadah yang dapat ditimba hukum syara’, tetapi tidak mungkin kata ini digunakan untuk ijma’ dan qiyas karena memang keduanya merupakan wadah yang dapat ditimba norma hukum. Ijma’ dan qiyas juga termasuk cara dalam menemukan hukum. Sedangkan dalil adalah bukti yang melengkapi atau memberi petunjuk dalam al-Qur’an untuk menemukan hukum Allah, yaitu larangan atau perintah Allah. Apabila terdapat suatu kejadian, maka pertama kali yang harus dicari sumber hukum dalam al-Qur’an seperti macam-macam hukum di bawah ini yang terkandung dalam al-Qur’an, yaitu:
1. Hukum-hukum akidah (keimanan) yang bersangkut paut dengan hal-hal yang harus dipercaya oleh setiap mukallaf mengenai malaikatNya, kitabNya, para rasulNya, dan hari kemudian (Doktrin Aqoid).
2. Hukum-hukum Allah yang bersangkut paut dengan hal-hal yang harus dijadikan perhiasan oleh setiap mukallaf berupa hal-hal keutamaan dan menghindarkan diri dari hal kehinaan (Doktrin Akhlak).
3. Hukum-hukum amaliah yang bersangkut paut dengan tindakan setiap mukallaf, meliputi masalah ucapan perbuatan akad (Contract) dan pembelanjaan pengelolaan harta benda, ibadah, muamalah dan lain-lain.
Untuk mengetahui lebih jauh penulis mencoba membahasnya dengan sebuah makalah yang berjudul “AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER DAN DALIL HUKUM ISLAM”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis dapat merumuskan beberapa masalah:
1. Apa pengertian al-Qur’an ?
2. Bagaimana kehujjahan tentang al-Qur’an ?
3. Apa pengertian dari sumber dan dalil ?
4. Bagaimana urutan dari sumber hukum Islam ?

1.3 Tujuan Penulisan

Setiap sesuatu yang ada didunia ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali makalah ini, yang pastinya juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari al-Qur’an,
2. Untuk mengetahui tentang kehujjahan al-Qur’an,
3. Untuk mengetahui pengertian dari sumber dan dalil,
4. Untuk mengetahui urutan dari sumber hukum Islam,
5. Sebagai pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu memberikan asupan terhadap perkembangan kehidupan,
6. Sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh.



                                                        BAB II
PEMBAHASAN

AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER DAN DALIL HUKUM ISLAM


Atas dasar bahwa hukum syara’ itu adalah kehendak Allah tentang tingkah laku manusia mukallaf, maka dapat dikatakan bahwa pembuat hukum (law gider) adalah Allah SWT. KetentuanNya terdapat dalam kumpulan wahyuNya yang disebut Al Qur’an. Dengan demikian ditetapkan bahwa Al Qur’an itu sumber utama bagi hukum Islam, sekaligus juga sebagai dalil utama fiqih. Al-Qur’an itu membimbing dan memberikan petunjuk untuk menemukan hukum-hukum yang terkandung dalam sebagian ayat-ayatnya. Karena kedudukan Al-Qur’an itu sebagai sumber utama dan pertama bagi penempatan hukum, maka bila seseorang ingin menemukan hukum untuk suatu kejadian, tindakan pertama yang harus ia lakukan adalah mencari jawab penyelesaiannya dari Al-Qur’an. Selama hukumnya dapat diselesaikan dengan Al-Qur’an, maka ia tidak boleh mencari jawaban lain di luar Al-Qur’an.
Selain itu, sesuai dengan kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber utama atau pokok hukum Islam, berarti al-Quran itu menjadi sumber dari segala sumber hukum. Karena itu jika akan menggunakan sumber hukum lain di luar Al-Qur’an, maka harus sesuai dengan petujuk al-Qur’an dan tidak boleh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan al-Qur’an.
Hal ini berarti bahwa sumber hukum selain al-Qur’an tidak boleh menyalahi apa-apa yang telah ditetapkan al-Qur’an. Kekuatan hujjah al-Qur’an sebagai sumber dan dalil hukum fiqh terkandung dalam ayat al-Qur’an yang menyuruh umat manusia mematuhi Allah. Hal ini disebutkan lebih dari 30 kali dalam al-Qur’an. Perintah mematuhi Allah itu berarti mengikuti apa-apa yang difirmankanNya dalam al-Qur’an.

2.1 Pengertian Al-Qur’an

Di kalangan para ulama dijumpai adanya perbedaan pendapat di sekitar pengertian al-Qur’an baik dari bahasa maupun istilah. As-Syafi’i misalnya mengatakan bahwa Al-Qur’an bukan berasal dari kata apa pun, dan bukan pula ditulis dengan hamzah. Lafadz tersebut sudah lazim dipergunakan dalam pengertian kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sementara Al-Farra berpendapat bahwa lafadz al-Qur’an berasal dari kata qarain jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan ; karena dilihat dari segi makna dan kandungannya ayat-ayat al-Qur’an itu satu sama lain saling berkaitan. Selanjutnya Al-Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan bahwa lafadz al-Qur’an diambil dari akar kata qarn yang berarti menggabungkan sesuatu atas yang lain; karena surah-surah dan ayat-ayat al-Qur’an satu dan lainnya saling bergabung dan berkaitan.
Pengertian-pengertian kebahasaan yang berkaitan dengan al-Qur’an tersebut sungguh pun berbeda tetapi masih dapat ditampung oleh sifat dan karakteristik al-Qur’an itu sendiri, yang antara lain ayat-ayatnya saling berkaitan satu dan lainnya. Oleh karena itu penulis mencoba pula untuk memaparkan pengertian al-Qur’an secara etimologis dan terminologis berdasarkan pendapat beberapa ahli.
Secara etimologis, al-Qur’an merupakan Masdar dari kata kerja “Qoroa” yang berarti bacaan atau yang ditulis, sedang menurut Quraish Shihab berarti bacaan yang sempurna.
Kitab Al-Qur’an secara terminologis ditemukan dalam beberapa rumusan defenisi sebagai berikut:
1. Menurut Syaltut, Al-Qur’an adalah lafaz Arabi yang diturunkan kepada Nabi MuhammadSAW, dinukilkan kepada kita secara mutawatir
2. Al-Syaukani mengartikan Al-Qur’an dengan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tertulis dalam mushhaf, dinukilkan secara mutawatir
3. Al-Ghazali dalam kitabnya al-Mustasfa menjelaskan bahwa Al-Qur’an yaitu merupakan firman Allah SWT
4. Defenisi Al-Qur’an yang dikemukakan Abu Zahrah ialah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
5. Menurut al-Sarkhisi, Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, ditulis dalam mushaf, diturunkan dengan huruf yang tujuh yang masyhur dan dinulikan secara mutawatir
6. Al-Amidi memberikan ta’rif Al-Qur’an, al-kitab adalah Al-Qur’an yang diturunkan
7. Ibn Subki mendefenisikan, Al-Qur’an adalah lafaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, mengandung mu’jizat setiap suratnya dan merupakan ibadah bagi yang membacanya
8. Menurut Zakaria al-Birri, yang dimaksud al-Qur’an adalah Al-Kitab yang disebut al-Qur’an dalah kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad SAW dengan lafal Bahasa Arab, dinukil secara mutawatir dan tertulis pada lembaran-lembaran mushaf.
9. Safi’ Hasan Abu Thalib menyebutkan Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dengan lafal Bahasa Arab dan maknanya dari Allah SWT melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan dasar dan sumber utama bagi syariat.
Dengan menganalisis unsur-unsur setiap defenisi di atas dan membandingkan antara satu defenisi dengan lainnya, dapat ditarik suatu rumusan mengenai defenisi Al-Qur’an, yaitu lafaz berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang dinukilkan secara mutawatir.
Defenisi ini mengandung beberapa unsur yang menjelaskan hakikat Al-Qur’an, yaitu:
1. Al-Qur’an itu berbentuk lafaz. Ini mengandung arti bahwa apa yang disampaikan Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dalam bentuk makna dan dilafazkan Nabi dengan ibaratnya sendiri tidaklah disebut Al-Qur’an. Umpamanya hadits qudsi atau hadits qauli lainnya, karenanya tidak ada ulama yang mengharuskan berwudhu jika hendak membacanya.
2. Al-Qur’an itu adalah berbahasa Arab. Ini mengandung arti bahwa Al-Qur’an yang dialih bahasakan kepada bahasa lain atau yang diibaratkan dengan bahasa lain bukanlah Al-Qur’an, karenanya salat yang menggunakan terjemahan Al-Qur’an, tidak sah.
3. Al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ini mengandung arti bahwa wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi-nabi terdahulu tidaklah disebut Al-Qur’an, tetapi yang dihikayatkan dalam Al-Qur’an tentang kehidupan dan syariat yang berlaku bagi umat terdahulu adalah Al-Qur’an.
4. Al-Qur’an itu dinukilkan secara mutawatir. Ini mengandung arti bahwa ayat-ayat yang tidak dinukilkan dalam bentuk mutawatir bukanlah Al-Qur’an. Karenanya ayat-ayat shazzah atau yang tidak mutawatir penukilannya tidak dapat dijadikan hujjah dalam istimbath hukum.
Disamping 4 unsur pokok tersebut, ada beberapa unsur sebagai penjelasan tambahan yang ditemukan dalam sebagian dari beberapa defenisi Al-Qur’an di atas, yaitu:
a. Kata-kata “mengandung mu’jizat setiap suratnya”, memberi penjelasan bahwa setiap ayat Al-Qur’an mengandung daya mu’jizat. Oleh karena itu hadits tidak mengandung daya mu’jizat.
b. Kata-kata “beribadah membacanya”, memberi penjelasan bahwa dengan membaca Al-Qur’an berarti melakukan suatu perbuatan ibadah yang berhak mendapat pahala. Karenanya membaca hadits qudsi yang tidak mengandung daya ibadah seperti Al-Qur’an, tidak dapat disebut Al-Qur’an.
c. Kata-kata tertulis dalam mushhaf (dalam defenisi Syaukani dan Sarkhisi), mengandung arti bahwa apa-apa yang tidak tertulis dalam mushhaf walaupun wahyu itu diturunkan kepada Nabi, umpamanya ayat-ayat yang telah dinasakhkan, tidak lagi disebut Al-Qur’an.

2.2 Kehujjahan Al-Qur’an

Sebagaimana disebutkan oleh Abdul Wahab Khallaf, bahwa kehujjahan Al-Qur’an itu terletak pada kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada keraguan atasnya. Dengan kata lain Al-Qur’an itu betul-betul datang dari Allah dan dinukil secara qat’iy (pasti). Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an merupakan aturan-aturan yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang masa. Sementara M. Quraish Shiha menjelaskan bahwa al-Qur’an sebagai wahyu , merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, tetapi fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Sebagai sumber ajaran Islam yang utama al-Qur’an diyakini berasal dari Allah dan mutlak benar. Keberadaan al-Qur’an sangat dibutuhkan manusia. Di kalangan Mu’tazilah dijumpai pendapat bahwa Tuhan wajib menurunkan al-Qur’an bagi manusia, karena manusia dengan segala daya yang dimilikinya tidak dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Bagi Mu’tazilah al-Qur’an berfungsi sebagai konfirmasi, yakni memperkuat pendapat-pendapat akal pikiran, dan sebagai informasi terhadap hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh akal. Di dalam al-Qur’an terkandung petunjuk hidup tentang berbagai hal walaupun petunjuk tersebut terkadang bersifat umum yang menghendaki penjabaran dan perincian oleh ayat lain atau oleh hadis. Petunjuk al-Qur’an terkadang memang bersifat global sehingga menerapkannnya perlu ada pengolahan dan penalaran akal manusia, dan karena itu pula al-Qur’an diturunkan untuk manusia berakal. Kita misalnya disuruh spuasa, haji dan sebagainya. Tetapi cara-cara mengerjakan ibadah tersebut tidak kita jumpai dalam al-Qur’an, melainkan dalam hadis Nabi yang selanjutnya dijabarkan oleh para ulama sebagaimana kita jumpai dalam kitab-kitab fiqih.
Dengan demikian jelas bahwa kehujjahan (argumentasi) Al-Qur’an sebagai wahyu tidak seorangpun mampu membantahnya, disamping semua kandungan isinya tak satupun yang bertentangan dengan akal manusia sejak awal diturunkan hingga sekarang dan seterusnya. Lebih-lebih di abad modern ini, di mana perkembangan sains modern sudah sampai pada puncaknya dan kebenaran Al-Qur’an semakin terungkap serta dapat dibuktikan secara ilmiah.



2.3 Pengertian Sumber dan Dalil

Secara etimologi (bahasa) sumber berarti asal dari segala sesuatu atau tempat merujuk sesuatu. Adapun secara terminologi ( istilah ) dalam ilmu ushul, sumber diartikan sebagai rujukan yang pokok atau utama dalam menetapkan hukum Islam, yaitu berupa Alquran dan Al-Sunnah. Dalil, secara bahasa artinya petunjuk pada sesuatu baik yang bersifat material maupun yang bersifat nonmaterial. Sedangkan menurut Istilah, suatu petunjuk yang dijadikan landasan berfikir yang benar dalam memperoleh hukum syara' yang bersifat praktis, baik yang kedudukannya qath'i ( pasti ) atau Dhani (relatif). Atau dengan kata lain, dalil adalah segala sesuatu yang menunjukan kepada madlul. Madlul itu adalah hukum syara' yang amaliyah dari dalil. Untuk samapai kepada madlul memerlukan pemahaman atau tanda penunjuknya ( dalalah ).
a. Dalil ditinjau dari segi asalnya
Ditinjau dari asalnya, dalil ada dua macam:
1) Dalil Naqli yaitu dalil-dalil yang berasal dari nash langsung, yaitu Alquran dan al-Sunnah.
2) Dalil aqli, yaitu dalil - dalil yang berasal bukan dari nash langsung, akan tetapi dengan menggunakan akal pikiran, yaitu Ijtihad.
Bila direnungkan, dalam fiqih dalil akal itu bukanlah dalil yang lepas sama sekali dari Alquran dan al-Sunnah, tetapi prinsif-prinsif umumnya terdapat dalam Alquran dan Al-Sunnah.
b. Dalil ditinjau dari ruang lingkupnya
Dalil ditinjau dari ruang lingkupnya ada dua macam, yaitu:
1) Dalil Kully yaitu dalil yang mencakup banyak satuan hukum. Dalil Kulli ini adakalaya berupa ayat Alquran, dan berupa hadits, juga adakalanya berupa Qaidahqaidah Kully
2) Dalil Juz'i, atau Tafsili yaitu dalil yang menunjukan kepada satu persoalan dan satu hukum tertentu.
c. Dalil ditinjau dari daya kekuatannya
Dalil ditinjau dari daya kekuatannya ada dua, yaitu:
1) Dalil Qath'i, Dalil Qath'i ini terbagi kepada dua macam, yaitu :
a) Dalil Qath'i al-Wurud, yaitu dalil yang meyakinkan bahwa datangnya dari Allah (Al-quran) atau dari Rasulullah (Hadits Mutawatir). Alquran seluruhnya Qath'i wurudnya, dan tidak semua hadits qath'i wurudnya.
b) Dalil Qath'i Dalalah, yaitu dalil yang kata-katanya atau ungkapan kata-katanya menunjukan arti dan maksud tertentu dengan tegas dan jelas sehingga tidak mungkin dipahamkan lain.
2) Dalil Dhanni, terbagi kepada dua macam pula yaitu: Dhanni al-Wurud dan Dhanni al-Dalalah.
a) Dhanni al-Wurud, yaitu dalil yang memberi kesan yang kuat atau sangkaan yang kuat bahwa datangnya dari Nabi saw. Tidak ada ayat al-Quran yang dhanni wurud, adapun hadits ada yang dhanni wurudnya yaitu hadits ahad.
b) Dhanni al-Dalalah, yaitu dalil yang kata-katanya atau ungkapan kata-katanya memberi kemungkinan-kemungkinan arti dan maksud lebih dari satu. Tidak menunjukan kepada satu arti dan maksud tertentu.

2.4 Urutan Sumber Hukum
Sumber hukum yang telah disepakati oleh para ulama fiqih adalah Al-Quran dan al-Sunnah. Sedangkan yang lainnya; Ijma, Qiyas, Ishtishhab, Istihsan, mashlahah mursalah, Saddu zdara'i, Urf, istihsan, hukum bagi umat sebelum kita, mazdhab shahabi, ada yang menggunakan dan adapula yang tidak menggunakan.
Bila diurut, maka sumber hukum itu urutannya sebagai berikut :
1) Al-Quran
2) Al-Sunnah
3) Ijtihad, yang meliputi pada: Al-Ijma, al-Qiyas, Al-Ishtishhab, al-mashlahah Mursalah, Saddu zdara'i, Istihsan, Uruf, Syar'un man Qablana, Mazdhab shahabi.
Urutan sumber hukum di atas berdasarkan kepada dialog Nabi SAW dengan Muadz ketika beliau di utus ke Yaman menjadi Gubernur di sana.





                                                   BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa al-Qur’an itu betul-betul datang dari Allah dan dinukil secara qat’iy (pasti). Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an merupakan aturan-aturan yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang masa. Adapun urutan dari sumber hukum islam yaitu, al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijtihad (Al-Ijma, al-Qiyas, Al-Ishtishhab, al-mashlahah Mursalah, Saddu zdara'i, Istihsan, Uruf, Syar'un man Qablana, Mazdhab shahabi).




DAFTAR PUSTAKA


Ash-Shabuni, Syekh Muhammad Ali.IKHTISAR ULUMUL QUR'AN PRAKTIS.
Jakarta:Pustaka Amani.
Said, M. Ridwan Qoyyum.2000.TERJEMAH & KOMENTAR AL-WAROQOT
USUL FIQH.Kediri:Mitra Gayatri.

Aljabar linear
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman initampilkan/sembunyikan detail
Jump to navigationJump to search
Aljabar linear adalah bidang studi matematika yang mempelajari sistem persamaan linear dan solusinya, vektor, serta transformasi linear. Matriks dan operasinya juga merupakan hal yang berkaitan erat dengan bidang aljabar linear.

Persamaan Linear dengan Matriks
Persamaan linear dapat dinyatakan sebagai matriks. Misalnya persamaan:

3x1 + 4x2 − 2x3 = 5
x1 − 5x2 + 2x3 = 7
2x1 + x2 − 3x3 = 9
dapat dinyatakan dalam matriks teraugmentasi sebagai berikut

{\displaystyle {\begin{bmatrix}3&4&-2&5\\1&-5&2&7\\2&1&-3&9\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&4&-2&5\\1&-5&2&7\\2&1&-3&9\\\end{bmatrix}}}

Penyelesaian persamaan linier dalam bentuk matriks dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan eliminasi Gauss atau dapat juga dengan cara eliminasi Gauss-Jordan. Namun, suatu sistem persamaan linier dapat diselesaikan dengan eliminasi Gauss untuk mengubah bentuk matriks teraugmentasi ke dalam bentuk eselon-baris tanpa menyederhanakannya. Cara ini disebut dengan substitusi balik.

Penyelesaian Persamaan Linear dengan Matriks (Bagian 1)[sunting | sunting sumber]
Bentuk Eselon-baris (M=Rumus Ideal)[sunting | sunting sumber]
Matriks dapat dikatakan Eselon-baris apabila memenuhi persyaratan berikut :

Di setiap baris, angka pertama selain 0 harus 1 (leading 1).
Jika ada baris yang semua elemennya nol, maka harus dikelompokkan di baris akhir dari matriks.
Jika ada baris yang leading 1 maka leading 1 di bawahnya, angka 1-nya harus berada lebih kanan dari leading 1 di atasnya.
Jika kolom yang memiliki leading 1 angka selain 1 adalah nol maka matriks tersebut disebut Eselon-baris tereduksi
Contoh:

syarat 1: baris pertama disebut dengan leading 1
{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&4&-2&5\\0&-5&2&7\\0&0&-3&9\\0&0&-8&8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&4&-2&5\\0&-5&2&7\\0&0&-3&9\\0&0&-8&8\\\end{bmatrix}}}
syarat 2: baris ke-3 dan ke-4 memenuhi syarat 2
{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&4&-2&5\\0&-5&2&7\\0&0&-3&9\\0&0&0&0\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&4&-2&5\\0&-5&2&7\\0&0&-3&9\\0&0&0&0\\\end{bmatrix}}}
syarat 3: baris pertama dan ke-2 memenuhi syarat 3
{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&4&-2&5\\0&1&2&7\\0&0&-3&9\\0&0&0&0\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&4&-2&5\\0&1&2&7\\0&0&-3&9\\0&0&0&0\\\end{bmatrix}}}
syarat 4: matriks di bawah ini memenuhi syarat ke 4 dan disebut Eselon-baris tereduksi
{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0&0\\0&1&0&0\\0&0&1&0\\0&0&0&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0&0\\0&1&0&0\\0&0&1&0\\0&0&0&1\\\end{bmatrix}}}
{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0&0\\0&1&2&5\\0&0&3&0\\0&0&0&6\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0&0\\0&1&2&5\\0&0&3&0\\0&0&0&6\\\end{bmatrix}}}

Operasi Eliminasi Gauss[sunting | sunting sumber]
Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam matriks sehingga menjadi matriks yang lebih sederhana (ditemukan oleh Carl Friedrich Gauss). Caranya adalah dengan melakukan operasi baris sehingga matriks tersebut menjadi matriks yang Eselon-baris. Ini dapat digunakan sebagai salah satu metode penyelesaian persamaan linear dengan menggunakan matriks. Caranya dengan mengubah persamaan linear tersebut ke dalam matriks teraugmentasi dan mengoperasikannya. Setelah menjadi matriks Eselon-baris, lakukan substitusi balik untuk mendapatkan nilai dari variabel-variabel tersebut.

Contoh: Diketahui persamaan linear

{\displaystyle x+2y+z=6} {\displaystyle x+2y+z=6}
{\displaystyle x+3y+2z=9} {\displaystyle x+3y+2z=9}
{\displaystyle 2x+y+2z=12} {\displaystyle 2x+y+2z=12}
Tentukan Nilai x, y dan z

Jawab: Bentuk persamaan tersebut ke dalam matriks:

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\1&3&2&9\\2&1&2&12\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\1&3&2&9\\2&1&2&12\\\end{array}}\right]}
Operasikan Matriks tersebut

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\1&3&2&9\\2&1&2&12\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\1&3&2&9\\2&1&2&12\\\end{array}}\right]} B1 x 1, Untuk mengubah a11 menjadi 1

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\0&1&1&3\\2&1&2&12\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\0&1&1&3\\2&1&2&12\\\end{array}}\right]} B2 - 1.B1, Untuk mengubah a21 menjadi 0

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\0&1&1&3\\0&-3&0&0\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\0&1&1&3\\0&-3&0&0\\\end{array}}\right]} B3 - 2.B1, Untuk mengubah a31 menjadi 0

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\0&1&1&3\\0&-3&0&0\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\0&1&1&3\\0&-3&0&0\\\end{array}}\right]} B2 x 1, Untuk mengubah a22 menjadi 1

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\0&1&1&3\\0&0&3&9\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\0&1&1&3\\0&0&3&9\\\end{array}}\right]} B3 + 3.B2, Untuk mengubah a32 menjadi 0

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\0&1&1&3\\0&0&1&3\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&6\\0&1&1&3\\0&0&1&3\\\end{array}}\right]} B3 x 1/3, Untuk mengubah a33 menjadi 1 (Matriks menjadi Eselon-baris)

Maka mendapatkan 3 persamaan linier baru yaitu

{\displaystyle x+2y+z=6} {\displaystyle x+2y+z=6}
{\displaystyle y+z=3} {\displaystyle y+z=3}
{\displaystyle z=3} {\displaystyle z=3}
Kemudian lakukan substitusi balik maka didapatkan:

{\displaystyle y+z=3} {\displaystyle y+z=3}
{\displaystyle y+3=3} {\displaystyle y+3=3}
{\displaystyle y=0} {\displaystyle y=0}
{\displaystyle x+2y+z=6} {\displaystyle x+2y+z=6}
{\displaystyle x+0+3=6} {\displaystyle x+0+3=6}
{\displaystyle x=3} {\displaystyle x=3}
Jadi nilai dari {\displaystyle x=3} {\displaystyle x=3} , {\displaystyle y=0} {\displaystyle y=0} ,dan {\displaystyle z=3} {\displaystyle z=3}

Operasi Eliminasi Gauss-Jordan[sunting | sunting sumber]
Eliminasi Gauss-Jordan adalah pengembangan dari eliminasi Gauss yang hasilnya lebih sederhana. Caranya adalah dengan meneruskan operasi baris dari eliminasi Gauss sehingga menghasilkan matriks yang Eselon-baris tereduksi. Ini juga dapat digunakan sebagai salah satu metode penyelesaian persamaan linear dengan menggunakan matriks. Caranya dengan mengubah persamaan linear tersebut ke dalam matriks teraugmentasi dan mengoperasikannya. Setelah menjadi matriks Eselon-baris tereduksi, maka langsung dapat ditentukan nilai dari variabel-variabelnya tanpa substitusi balik.

Contoh: Diketahui persamaan linear

{\displaystyle x+2y+3z=3} {\displaystyle x+2y+3z=3}
{\displaystyle 2x+3y+2z=3} {\displaystyle 2x+3y+2z=3}
{\displaystyle 2x+y+2z=5} {\displaystyle 2x+y+2z=5}
Tentukan Nilai x, y dan z

Jawab: Bentuk persamaan tersebut ke dalam matriks:

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\2&3&2&3\\2&1&2&5\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\2&3&2&3\\2&1&2&5\\\end{array}}\right]}
Operasikan Matriks tersebut

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\0&-1&-4&-3\\2&1&2&5\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\0&-1&-4&-3\\2&1&2&5\\\end{array}}\right]} B2 - 2.B1

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\0&-1&-4&-3\\0&-3&-4&-1\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\0&-1&-4&-3\\0&-3&-4&-1\\\end{array}}\right]} B3 - 2.B1

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\0&-1&-4&-3\\0&0&8&8\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\0&-1&-4&-3\\0&0&8&8\\\end{array}}\right]} B3 - 3.B2

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\0&1&4&3\\0&0&1&1\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\0&1&4&3\\0&0&1&1\\\end{array}}\right]} 1/8.B3 dan -B2

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\0&1&0&-1\\0&0&1&1\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&3&3\\0&1&0&-1\\0&0&1&1\\\end{array}}\right]} B2 - 4.B3

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&0&0\\0&1&0&-1\\0&0&1&1\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&0&0\\0&1&0&-1\\0&0&1&1\\\end{array}}\right]} B1 - 3.B3

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&0&0&2\\0&1&0&-1\\0&0&1&1\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&0&0&2\\0&1&0&-1\\0&0&1&1\\\end{array}}\right]} B1 - 2.B2 (Matriks menjadi Eselon-baris tereduksi)

Maka didapatkan nilai dari {\displaystyle x=2} {\displaystyle x=2} , {\displaystyle y=-1} {\displaystyle y=-1} ,dan {\displaystyle z=1} {\displaystyle z=1}

Sistem Persamaan Linear Homogen[sunting | sunting sumber]
Yaitu sistem persamaan linear (SPL) yang semua suku konstan atau nilai ruas kanannya adalah nol.

Bentuk umum:

a11x1 + a12x2 + ... + a1nxn = 0
a21x1 + a22x2 + ... + a2nxn = 0
am1x1 + am2x2 + ... + amnxn = 0
Sistem Persamaan Linear Homogen 3 Persamaan dan 3 Variabel[sunting | sunting sumber]
a11x1 + a12x2 + a13x3 = 0
a21x1 + a22x2 + a23x3 = 0
a31x1 + a32x2 + a33x3 = 0
SPL Homogen dapat diselesaikan dengan metode Operasi Baris Elementer. Maka, SPL Homogen tersebut diubah menjadi matriks:

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}a_{11}&a_{12}&a_{13}&0\\a_{21}&a_{22}&a_{32}&0\\a_{31}&a_{32}&a_{33}&0\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}a_{11}&a_{12}&a_{13}&0\\a_{21}&a_{22}&a_{32}&0\\a_{31}&a_{32}&a_{33}&0\\\end{array}}\right]}

SPL Homogen ini mempunyai dua kemungkinan solusi, yaitu solusi trivial dan non trivial.

Solusi Trivial
Contoh: {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\1&3&2&0\\2&1&2&0\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\1&3&2&0\\2&1&2&0\\\end{array}}\right]}

Penyelesaian:

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\0&1&1&0\\0&-3&0&0\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\0&1&1&0\\0&-3&0&0\\\end{array}}\right]} B2 - B1, B3 - 2.B1

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\0&1&1&0\\0&0&3&0\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\0&1&1&0\\0&0&3&0\\\end{array}}\right]} B3 + 3.B2

Det = 1 x 1 x 3 = 3

Karena det ≠ 0, solusi SPL Homogen tersebut trivial yaitu x1 = x2 = x3 = 0.

Solusi Non Trivial
Contoh: {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\1&3&2&0\\2&1&-1&0\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\1&3&2&0\\2&1&-1&0\\\end{array}}\right]}

Penyelesaian:

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\0&1&1&0\\0&-3&-3&0\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\0&1&1&0\\0&-3&-3&0\\\end{array}}\right]} B2 - B1, B3 - 2.B1

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\0&1&1&0\\0&0&0&0\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&2&1&0\\0&1&1&0\\0&0&0&0\\\end{array}}\right]} B3 + 3.B2

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&0&-1&0\\0&1&1&0\\0&0&0&0\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|r}1&0&-1&0\\0&1&1&0\\0&0&0&0\\\end{array}}\right]} B1 - 2.B2

Det = 1 x 1 x 0 = 0

Maka, {\displaystyle {\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\x_{3}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\x_{3}\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1\\-1\\1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1\\-1\\1\\\end{bmatrix}}}t

Operasi Dalam Matriks[sunting | sunting sumber]
Dua buah matriks dikatakan sama apabila matriks-matriks tersebut mempunyai ordo yang sama dan setiap elemen yang seletak sama.

Jika A dan B adalah matriks yang mempunyai ordo sama, maka penjumlahan dari A + B adalah matriks hasil dari penjumlahan elemen A dan B yang seletak. Begitu pula dengan hasil selisihnya. Matriks yang mempunyai ordo berbeda tidak dapat dijumlahkan atau dikurangkan.

Jumlah dari k buah matriks A adalah suatu matriks yang berordo sama dengan A dan besar tiap elemennya adalah k kali elemen A yang seletak. Didefinisikan: Jika k sebarang skalar maka kA = A k adalah matriks yang diperoleh dari A dengan cara mengalikan setiap elemennya dengan k. Negatif dari A atau -A adalah matriks yang diperoleh dari A dengan cara mengalikan semua elemennya dengan -1. Untuk setiap A berlaku A + (-A) = 0. Hukum yang berlaku dalam penjumlahan dan pengurangan matriks :

a.) A + B = B + A
b.) A + ( B + C ) = ( A + B ) + C
c.) k ( A + B ) = kA + kB = ( A + B ) k , k = skalar
Hasil kali matriks A yang ber-ordo m x p dengan matriks B yang berordo p x n dapat dituliskan sebagi matriks C = [ cij ] berordo m x n di mana cij = ai1 b1j + ai2 b2j + ... + aip bpj

Matriks Diagonal, Segitiga, dan Simetris[sunting | sunting sumber]
Matriks Diagonal[sunting | sunting sumber]
Sebuah matriks bujursangkar yang unsur-unsurnya berada di garis diagonal utama dari matriks bukan nol dan unsur lainnya adalah nol disebut dengan matriks diagonal. Contoh :

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0\\0&-5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0\\0&-5\\\end{bmatrix}}}

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0\\0&-5&0\\0&0&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0\\0&-5&0\\0&0&1\\\end{bmatrix}}}

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0&0\\0&1&0&0\\0&0&1&0\\0&0&0&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0&0\\0&1&0&0\\0&0&1&0\\0&0&0&1\\\end{bmatrix}}}

secara umum matriks n x n bisa ditulis sebagai

{\displaystyle {\begin{bmatrix}d_{1}&0&\cdots &0\\0&d_{2}&\cdots &0\\\vdots &\vdots &&\vdots \\0&0&\cdots &d_{n}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}d_{1}&0&\cdots &0\\0&d_{2}&\cdots &0\\\vdots &\vdots &&\vdots \\0&0&\cdots &d_{n}\\\end{bmatrix}}}

Matriks diagonal dapat dibalik dengan menggunakan rumus berikut : {\displaystyle D^{-1}} {\displaystyle D^{-1}}= {\displaystyle {\begin{bmatrix}1/d_{1}&0&\cdots &0\\0&1/d_{2}&\cdots &0\\\vdots &\vdots &&\vdots \\0&0&\cdots &1/d_{n}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1/d_{1}&0&\cdots &0\\0&1/d_{2}&\cdots &0\\\vdots &\vdots &&\vdots \\0&0&\cdots &1/d_{n}\\\end{bmatrix}}}

{\displaystyle DD^{-1}=D^{-1}D=I} {\displaystyle DD^{-1}=D^{-1}D=I}

jika D adalah matriks diagonal dan k adalah angka yang positif maka

{\displaystyle D^{k}} {\displaystyle D^{k}}= {\displaystyle {\begin{bmatrix}d_{1}^{k}&0&\cdots &0\\0&d_{2}^{k}&\cdots &0\\\vdots &\vdots &&\vdots \\0&0&\cdots &d_{n}^{k}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}d_{1}^{k}&0&\cdots &0\\0&d_{2}^{k}&\cdots &0\\\vdots &\vdots &&\vdots \\0&0&\cdots &d_{n}^{k}\\\end{bmatrix}}}

Contoh : A= {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0\\0&-3&0\\0&0&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0\\0&-3&0\\0&0&2\\\end{bmatrix}}}

maka {\displaystyle A^{5}} {\displaystyle A^{5}}= {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0\\0&-243&0\\0&0&32\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0&0\\0&-243&0\\0&0&32\\\end{bmatrix}}}

Matriks Segitiga[sunting | sunting sumber]
Matriks segitiga adalah matriks persegi yang di bawah atau di atas garis diagonal utama nol. Matriks segitiga bawah adalah matriks persegi yang di bawah garis diagonal utama nol. Matriks segitiga atas adalah matriks persegi yang di atas garis diagonal utama nol.

Matriks segitiga atas

{\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&a_{12}&a_{13}&a_{14}\\0&a_{22}&a_{23}&a_{24}\\0&0&a_{33}&a_{34}\\0&0&0&a_{44}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&a_{12}&a_{13}&a_{14}\\0&a_{22}&a_{23}&a_{24}\\0&0&a_{33}&a_{34}\\0&0&0&a_{44}\\\end{bmatrix}}}
Matriks segitiga bawah

{\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&0&0&0\\a_{21}&a_{22}&0&0\\a_{31}&a_{32}&a_{33}&0\\a_{41}&a_{42}&a_{43}&a_{44}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&0&0&0\\a_{21}&a_{22}&0&0\\a_{31}&a_{32}&a_{33}&0\\a_{41}&a_{42}&a_{43}&a_{44}\\\end{bmatrix}}}
Teorema

Transpos pada matriks segitiga bawah adalah matriks segitiga atas, dan transpose pada matriks segitiga atas adalah segitiga bawah.
Produk pada matriks segitiga bawah adalah matriks segitiga bawah, dan produk pada matriks segitiga atas adalah matriks segitiga atas.
Matriks segitiga bisa di-inverse jika hanya jika diagonalnya tidak ada yang nol.
Inverse pada matriks segitiga bawah adalah matriks segitiga bawah, dan inverse pada matriks segitiga atas adalah matriks segitiga atas.
Contoh :

Matriks segitiga yang bisa di invers A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&3&-1\\0&2&4\\0&0&5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&3&-1\\0&2&4\\0&0&5\\\end{bmatrix}}}

Inversnya adalah {\displaystyle A^{-1}} {\displaystyle A^{-1}}= {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-3/2&7/5\\0&1/2&-2/5\\0&0&1/5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-3/2&7/5\\0&1/2&-2/5\\0&0&1/5\\\end{bmatrix}}}

Matriks yang tidak bisa di invers

B = {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&-2&2\\0&0&-1\\0&0&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&-2&2\\0&0&-1\\0&0&1\\\end{bmatrix}}}

Matriks Simetris[sunting | sunting sumber]
Matriks kotak A disebut simetris jika {\displaystyle A=A^{T}} {\displaystyle A=A^{T}}

Contoh matriks simetris {\displaystyle {\begin{bmatrix}7&-3\\-3&5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}7&-3\\-3&5\\\end{bmatrix}}}

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&4&5\\4&-3&0\\5&0&7\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&4&5\\4&-3&0\\5&0&7\\\end{bmatrix}}}

Teorema

Jika A dan B adalah matriks simetris dengan ukuran yang sama, dan jika k adalah skalar maka
{\displaystyle A^{T}} {\displaystyle A^{T}} adalah simetris A + B dan A - B adalah simetris kA adalah simetris {\displaystyle (AB)^{T}=B^{T}A^{T}=BA} {\displaystyle (AB)^{T}=B^{T}A^{T}=BA}

Jika A adalah matriks simetris yang bisa di invers, maka {\displaystyle A^{-1}} {\displaystyle A^{-1}} adalah matriks simetris.

Asumsikan bahwa A adalah matriks simetris dan bisa di inverse, bahwa {\displaystyle A=A^{T}} {\displaystyle A=A^{T}} maka :

{\displaystyle (A^{-1})^{T}=(A^{T})^{-1}=A^{-1}} {\displaystyle (A^{-1})^{T}=(A^{T})^{-1}=A^{-1}}

Yang mana membuktikan bahwa {\displaystyle A^{-1}} {\displaystyle A^{-1}} adalah simetris.

Produk {\displaystyle AA^{T}} {\displaystyle AA^{T}} dan {\displaystyle A^{T}A} {\displaystyle A^{T}A}

{\displaystyle (AA^{T})^{T}=(A^{T})^{T}A^{T}=AA^{T}} {\displaystyle (AA^{T})^{T}=(A^{T})^{T}A^{T}=AA^{T}} dan {\displaystyle (A^{T}A)^{T}=A^{T}(A^{T})^{T}=A^{T}A} {\displaystyle (A^{T}A)^{T}=A^{T}(A^{T})^{T}=A^{T}A}

Contoh

A adalah matriks 2 X 3 A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-2&4\\3&0&-5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-2&4\\3&0&-5\\\end{bmatrix}}}

lalu {\displaystyle A^{T}A} {\displaystyle A^{T}A} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&3\\-2&0\\4&-5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&3\\-2&0\\4&-5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-2&4\\3&0&-5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-2&4\\3&0&-5\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}10&-2&11\\-2&4&-8\\-11&-8&41\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}10&-2&11\\-2&4&-8\\-11&-8&41\\\end{bmatrix}}}

{\displaystyle AA^{T}} {\displaystyle AA^{T}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-2&4\\3&0&-5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-2&4\\3&0&-5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&3\\-2&0\\4&-5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&3\\-2&0\\4&-5\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}21&-17\\-17&34\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}21&-17\\-17&34\\\end{bmatrix}}}

Jika A adalah Matriks yang bisa di inverse, maka {\displaystyle AA^{T}} {\displaystyle AA^{T}} dan {\displaystyle A^{T}A} {\displaystyle A^{T}A} juga bisa di inverse

Transpos Matriks[sunting | sunting sumber]
Yang dimaksud dengan Transpos dari suatu matriks adalah mengubah komponen-komponen dalam matriks, dari yang baris menjadi kolom, dan yang kolom di ubah menjadi baris.

Contoh: Matriks

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&-5&1\\-1&3&3\\5&4&8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&-5&1\\-1&3&3\\5&4&8\\\end{bmatrix}}} ditranspose menjadi AT = {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&-1&5\\-5&3&4\\1&3&8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&-1&5\\-5&3&4\\1&3&8\\\end{bmatrix}}}
Matriks

B = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&3&5&7\\9&5&7&4\\4&1&5&3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&3&5&7\\9&5&7&4\\4&1&5&3\\\end{bmatrix}}} ditranspose menjadi BT = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&9&4\\3&5&1\\5&7&5\\7&4&3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&9&4\\3&5&1\\5&7&5\\7&4&3\\\end{bmatrix}}}
Rumus-rumus operasi Transpose sebagai berikut:

1. {\displaystyle ((A)^{T})^{T}=A} {\displaystyle ((A)^{T})^{T}=A}
2. {\displaystyle (A+B)^{T}=A^{T}+B^{T}} {\displaystyle (A+B)^{T}=A^{T}+B^{T}} dan {\displaystyle (A-B)^{T}=A^{T}-B^{T}} {\displaystyle (A-B)^{T}=A^{T}-B^{T}}
3. {\displaystyle (kA)^{T}=kA^{T}} {\displaystyle (kA)^{T}=kA^{T}} di mana k adalah skalar
4. {\displaystyle (AB)^{T}=B^{T}A^{T}} {\displaystyle (AB)^{T}=B^{T}A^{T}}
Determinan[sunting | sunting sumber]
Orde 2x2[sunting | sunting sumber]
Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang menghubungkan suatu bilangan real dengan suatu matriks bujursangkar.

Sebagai contoh, kita ambil matriks A2x2

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}a&b\\c&d\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a&b\\c&d\\\end{bmatrix}}} tentukan determinan A
untuk mencari determinan matrik A maka,

det(A) = ad - bc
Contoh Soal:

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2\\4&5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2\\4&5\\\end{bmatrix}}} tentukan determinan A
Jawab:

det(A) = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2\\4&5\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2\\4&5\\\end{bmatrix}}} = 1x5 - 4x2 = -3
Orde 3x3[sunting | sunting sumber]
Determinan dengan Ekspansi Kofaktor[sunting | sunting sumber]
Terbagi tiga jenis yaitu:

Dengan Minor dan Kofaktor
Dengan Ekspansi Kofaktor Pada Baris Pertama
Dengan Ekspansi Kofaktor Pada Kolom Pertama
Determinan dengan Minor dan kofaktor[sunting | sunting sumber]
A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&a_{12}&a_{13}\\a_{21}&a_{22}&a_{23}\\a_{31}&a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&a_{12}&a_{13}\\a_{21}&a_{22}&a_{23}\\a_{31}&a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} tentukan determinan A
Pertama buat minor dari a11

M11 = {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{22}&a_{23}\\a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{22}&a_{23}\\a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} = detM = a22a33 - a23a32
Kemudian kofaktor dari a11 adalah

c11 = (-1)1+1M11 = (-1)1+1a22a33 - a23a32
kofaktor dan minor hanya berbeda tanda Cij=±Mij untuk membedakan apakah kofaktor pada ij adalah + atau - maka kita bisa melihat matriks di bawah ini

{\displaystyle {\begin{bmatrix}+&-&+&-&+&\cdots \\-&+&-&+&-&\cdots \\+&-&+&-&+&\cdots \\-&+&-&+&-&\cdots \\\vdots &\vdots &\vdots &\vdots &\vdots &\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}+&-&+&-&+&\cdots \\-&+&-&+&-&\cdots \\+&-&+&-&+&\cdots \\-&+&-&+&-&\cdots \\\vdots &\vdots &\vdots &\vdots &\vdots &\\\end{bmatrix}}}
Begitu juga dengan minor dari a32

M32 = {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&a_{13}\\a_{21}&a_{23}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&a_{13}\\a_{21}&a_{23}\\\end{bmatrix}}} = detM = a11a23 - a13a21
Maka kofaktor dari a32 adalah

c32 = (-1)3+2M32 = (-1)3+2 x a11a23 - a13a21
Secara keseluruhan, definisi determinan ordo 3x3 adalah

det(A) = a11C11+a12C12+a13C13
Contoh Soal:

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} tentukan determinan A dengan metode Minor dan kofaktor
Jawab:

c11 = (-1)1+1 {\displaystyle {\begin{bmatrix}5&4\\2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}5&4\\2&1\\\end{bmatrix}}} = 1 (-3) = -3
c12 = (-1)1+2 {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&4\\3&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&4\\3&1\\\end{bmatrix}}} = -1 (-8) = 8
c13 = (-1)1+3 {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&5\\3&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&5\\3&2\\\end{bmatrix}}} = 1 (-7) = -7
det(A) = 1 (-3) + 2 (8) + 3 (-7) = -8
Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Pada Baris Pertama[sunting | sunting sumber]
Misalkan ada sebuah matriks A3x3

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&a_{12}&a_{13}\\a_{21}&a_{22}&a_{23}\\a_{31}&a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&a_{12}&a_{13}\\a_{21}&a_{22}&a_{23}\\a_{31}&a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}}
maka determinan dari matriks tersebut dengan ekspansi kofaktor adalah,

det(A) = a11 {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{22}&a_{23}\\a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{22}&a_{23}\\a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} - a12 {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{21}&a_{23}\\a_{31}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{21}&a_{23}\\a_{31}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} + a13 {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{21}&a_{22}\\a_{31}&a_{32}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{21}&a_{22}\\a_{31}&a_{32}\\\end{bmatrix}}}
= a11(a22a33 - a23a32) - a12(a21a33 - a23a31) + a13(a21a32 - a22a31)
= a11a22a33 + a12a23a31 + a13a21a32 - a13a22a31 - a12a21a33 - a11a23a32
Contoh Soal:

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} tentukan determinan A dengan metode ekspansi kofaktor baris pertama
Jawab:

det(A) = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} = 1 {\displaystyle {\begin{bmatrix}5&4\\2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}5&4\\2&1\\\end{bmatrix}}} - 2 {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&4\\3&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&4\\3&1\\\end{bmatrix}}} + 3 {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&5\\3&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&5\\3&2\\\end{bmatrix}}} = 1(-3) - 2(-8) + 3(-7) = -8
Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Pada Kolom Pertama[sunting | sunting sumber]
Pada dasarnya ekspansi kolom hampir sama dengan ekspansi baris seperti di atas. Tetapi ada satu hal yang membedakan keduanya yaitu faktor pengali. Pada ekspansi baris, kita mengalikan minor dengan komponen baris pertama. Sedangkan dengan ekspansi pada kolom pertama, kita mengalikan minor dengan kompone kolom pertama.

Misalkan ada sebuah matriks A3x3

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&a_{12}&a_{13}\\a_{21}&a_{22}&a_{23}\\a_{31}&a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{11}&a_{12}&a_{13}\\a_{21}&a_{22}&a_{23}\\a_{31}&a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}}
maka determinan dari matriks tersebut dengan ekspansi kofaktor adalah,

det(A) = a11 {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{22}&a_{23}\\a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{22}&a_{23}\\a_{32}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} - a21 {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{21}&a_{23}\\a_{31}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{21}&a_{23}\\a_{31}&a_{33}\\\end{bmatrix}}} + a31 {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{21}&a_{22}\\a_{31}&a_{32}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{21}&a_{22}\\a_{31}&a_{32}\\\end{bmatrix}}}
= a11(a22a33 - a23a32) - a21(a21a33 - a23a31) + a31(a21a32 - a22a31)
= a11a22a33 + a21a23a31 + a31a21a32 - a22(a31)2 - (a21)2a33 - a11a23a32
Contoh Soal:

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} tentukan determinan A dengan metode ekspansi kofaktor kolom pertama
Jawab:

det(A) = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} = 1 {\displaystyle {\begin{bmatrix}5&4\\2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}5&4\\2&1\\\end{bmatrix}}} - 4 {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&3\\2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&3\\2&1\\\end{bmatrix}}} + 3 {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&3\\5&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&3\\5&4\\\end{bmatrix}}} = 1(-3) - 4(-4) + 3(-7) = -8
Metode Sarrus[sunting | sunting sumber]
A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}a&b&c\\d&e&f\\g&h&i\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a&b&c\\d&e&f\\g&h&i\\\end{bmatrix}}} tentukan determinan A
untuk mencari determinan matrik A maka,

detA = (aei + bfg + cdh) - (bdi + afh + ceg)
Contoh Soal:

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} tentukan determinan A dengan metode sarrus
Jawab:

det(A) = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3&1&2\\4&5&4&4&5\\3&2&1&3&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3&1&2\\4&5&4&4&5\\3&2&1&3&2\\\end{bmatrix}}} = (1x5x1 + 2x4x3 + 3x4x2) - (3x5x3 + 2x4x1 + 1x4x2) = 53 - 61 = -8

Metode Operasi Baris Elementer[sunting | sunting sumber]
Terdapat tiga tipe Operasi Baris Elementer (OBE) dan beberapa sifat determinan matriks. Namun, hanya satu tipe OBE dan dua sifat determinan yang digunakan untuk menghitung determinan matriks.

Jika A adalah matriks segitiga nxn (segitiga atas, segitiga bawah atau segitiga diagonal) maka {\displaystyle det(A)} {\displaystyle det(A)} adalah hasil kali elemen diagonal utama matriks tersebut.

Contoh Soal:

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\4&5&4\\3&2&1\\\end{bmatrix}}} tentukan determinan A dengan metode OBE!
Jawab:

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\0&-3&-8\\0&-4&-8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\0&-3&-8\\0&-4&-8\\\end{bmatrix}}}B2-4B1, B3-3B1

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\0&-3&-8\\0&0&8/3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2&3\\0&-3&-8\\0&0&8/3\\\end{bmatrix}}}B3-4/3B2

Det(A) = 1x(-3)x(8/3) = -8

Determinan Matriks Segitiga Atas (Multi Orde)[sunting | sunting sumber]
Jika A adalah matriks segitiga nxn (segitiga atas, segitiga bawah atau segitiga diagonal) maka {\displaystyle det(A)} {\displaystyle det(A)} adalah hasil kali diagonal matriks tersebut

{\displaystyle det(A)=a_{11}a_{22}\cdots a_{nn}} {\displaystyle det(A)=a_{11}a_{22}\cdots a_{nn}}
Contoh

{\displaystyle {\begin{bmatrix}2&7&-3&8&3\\0&-3&7&5&1\\0&0&6&7&6\\0&0&0&9&8\\0&0&0&0&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&7&-3&8&3\\0&-3&7&5&1\\0&0&6&7&6\\0&0&0&9&8\\0&0&0&0&4\\\end{bmatrix}}} = (2)(-3)(6)(9)(4) = -1296
Adjoint Matriks (Orde 3x3)[sunting | sunting sumber]
Bila ada sebuah matriks A3x3

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&2&-1\\1&6&3\\2&4&0\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&2&-1\\1&6&3\\2&4&0\\\end{bmatrix}}}
Kofaktor dari matriks A adalah

C11 = -12 C12 = 6 C13 = -8
C21 = -4 C22 = 2 C23 = -8
C31 = 12 C32 = -10 C33 = 8
maka matriks yang terbentuk dari kofaktor tersebut adalah

{\displaystyle {\begin{bmatrix}-12&6&-8\\-4&2&-8\\12&-10&8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}-12&6&-8\\-4&2&-8\\12&-10&8\\\end{bmatrix}}}
untuk mencari adjoint sebuah matriks, kita cukup mengganti kolom menjadi baris dan baris menjadi kolom

adj(A) = {\displaystyle {\begin{bmatrix}-12&-4&12\\6&2&-10\\-8&-8&8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}-12&-4&12\\6&2&-10\\-8&-8&8\\\end{bmatrix}}}
Matriks Balikan (Invers)[sunting | sunting sumber]
Orde 2x2[sunting | sunting sumber]
JIka A dan B matriks bujur sangkar sedemikian rupa sehingga A B = B A = I , maka B disebut balikan atau invers dari A dan dapat dituliskan {\displaystyle B=A^{-1}} {\displaystyle B=A^{-1}} ( B sama dengan invers A ). Matriks B juga mempunyai invers yaitu A maka dapat dituliskan {\displaystyle A=B^{-1}} {\displaystyle A=B^{-1}}. Jika tidak ditemukan matriks B, maka A dikatakan matriks tunggal (singular). Jika matriks B dan C adalah invers dari A maka B = C.

Matriks A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}a&b\\c&d\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a&b\\c&d\\\end{bmatrix}}} dapat di-invers apabila ad - bc ≠ 0

Dengan Rumus =

{\displaystyle A^{-1}={\frac {1}{det(A)}}{\begin{bmatrix}d&-b\\-c&a\\\end{bmatrix}}={\frac {1}{ad-bc}}{\begin{bmatrix}d&-b\\-c&a\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}{\frac {d}{ad-bc}}&-{\frac {b}{ad-bc}}\\-{\frac {c}{ad-bc}}&{\frac {a}{ad-bc}}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle A^{-1}={\frac {1}{det(A)}}{\begin{bmatrix}d&-b\\-c&a\\\end{bmatrix}}={\frac {1}{ad-bc}}{\begin{bmatrix}d&-b\\-c&a\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}{\frac {d}{ad-bc}}&-{\frac {b}{ad-bc}}\\-{\frac {c}{ad-bc}}&{\frac {a}{ad-bc}}\\\end{bmatrix}}}

Apabila A dan B adalah matriks seordo dan memiliki balikan maka AB dapat di-invers dan {\displaystyle (AB)^{-1}=B^{-1}A^{-1}} {\displaystyle (AB)^{-1}=B^{-1}A^{-1}}

Contoh 1: Matriks

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&-5\\-1&3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&-5\\-1&3\\\end{bmatrix}}} dan B = {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&5\\1&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&5\\1&2\\\end{bmatrix}}}
AB = {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&-5\\-1&3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&-5\\-1&3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&5\\1&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&5\\1&2\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0\\0&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0\\0&1\\\end{bmatrix}}} = I (matriks identitas)
BA = {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&5\\1&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&5\\1&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&-5\\-1&3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&-5\\-1&3\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0\\0&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0\\0&1\\\end{bmatrix}}} = I (matriks identitas)
Maka dapat dituliskan bahwa {\displaystyle B=A^{-1}} {\displaystyle B=A^{-1}} (B Merupakan invers dari A)

Contoh 2: Matriks

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&1\\3&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&1\\3&4\\\end{bmatrix}}} dan B = {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&5\\3&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&5\\3&4\\\end{bmatrix}}}
AB = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&1\\3&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&1\\3&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&5\\3&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&5\\3&4\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&4\\6&8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&4\\6&8\\\end{bmatrix}}}
BA = {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&5\\3&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}2&5\\3&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&1\\3&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&1\\3&4\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}17&21\\15&19\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}17&21\\15&19\\\end{bmatrix}}}
Karena AB ≠ BA ≠ I maka matriks A dan matriks B disebut matriks tunggal.

Contoh 3: Matriks

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&1\\5&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&1\\5&2\\\end{bmatrix}}}
Tentukan Nilai dari A−1

Jawab: {\displaystyle A^{-1}={\frac {1}{(3)(2)-(5)(1)}}{\begin{bmatrix}2&-1\\-5&3\\\end{bmatrix}}={\frac {1}{6-5}}{\begin{bmatrix}2&-1\\-5&3\\\end{bmatrix}}={\frac {1}{1}}{\begin{bmatrix}2&-1\\-5&3\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}2&-1\\-5&3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle A^{-1}={\frac {1}{(3)(2)-(5)(1)}}{\begin{bmatrix}2&-1\\-5&3\\\end{bmatrix}}={\frac {1}{6-5}}{\begin{bmatrix}2&-1\\-5&3\\\end{bmatrix}}={\frac {1}{1}}{\begin{bmatrix}2&-1\\-5&3\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}2&-1\\-5&3\\\end{bmatrix}}}

Contoh 4: Matriks

A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2\\1&3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&2\\1&3\\\end{bmatrix}}}, B = {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&2\\2&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&2\\2&2\\\end{bmatrix}}}, AB = {\displaystyle {\begin{bmatrix}7&6\\9&8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}7&6\\9&8\\\end{bmatrix}}}
Dengan menggunakan rumus, maka didapatkan

{\displaystyle A^{-1}={\begin{bmatrix}3&-2\\-1&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle A^{-1}={\begin{bmatrix}3&-2\\-1&1\\\end{bmatrix}}}, {\displaystyle B^{-1}={\begin{bmatrix}1&-1\\-1&{\frac {3}{2}}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle B^{-1}={\begin{bmatrix}1&-1\\-1&{\frac {3}{2}}\\\end{bmatrix}}}, {\displaystyle (AB)^{-1}={\begin{bmatrix}4&-3\\-{\frac {9}{2}}&7\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle (AB)^{-1}={\begin{bmatrix}4&-3\\-{\frac {9}{2}}&7\\\end{bmatrix}}}
Maka

{\displaystyle B^{-1}A^{-1}={\begin{bmatrix}1&-1\\-1&{\frac {3}{2}}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle B^{-1}A^{-1}={\begin{bmatrix}1&-1\\-1&{\frac {3}{2}}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&-2\\-1&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}3&-2\\-1&1\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&-3\\-{\frac {9}{2}}&7\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&-3\\-{\frac {9}{2}}&7\\\end{bmatrix}}}
Ini membuktikan bahwa {\displaystyle (AB)^{-1}=B^{-1}A^{-1}} {\displaystyle (AB)^{-1}=B^{-1}A^{-1}}

Orde 3x3[sunting | sunting sumber]
Umum[sunting | sunting sumber]
A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&5&5\\-1&-1&0\\2&4&3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&5&5\\-1&-1&0\\2&4&3\\\end{bmatrix}}}
Tentukan Nilai dari A−1

kemudian hitung kofaktor dari matriks A

C11 = -3 C12 = 3 C13 = -2
C21 = 5 C22 = -7 C23 = 6
C31 = 5 C32 = -5 C33 = 4
menjadi matriks kofaktor

{\displaystyle {\begin{bmatrix}-3&3&-2\\5&-7&6\\5&-5&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}-3&3&-2\\5&-7&6\\5&-5&4\\\end{bmatrix}}}
cari adjoint dari matriks kofaktor tadi dengan mentranspose matriks kofaktor di atas, sehingga menjadi

{\displaystyle adj(A)={\begin{bmatrix}-3&5&5\\3&-7&-5\\-2&6&4\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle adj(A)={\begin{bmatrix}-3&5&5\\3&-7&-5\\-2&6&4\\\end{bmatrix}}}
{\displaystyle A^{-1}={\frac {1}{det(A)}}adj(A)} {\displaystyle A^{-1}={\frac {1}{det(A)}}adj(A)}

dengan metode Sarrus, kita dapat menghitung determinan dari matriks A

{\displaystyle det(A)=2} {\displaystyle det(A)=2}
{\displaystyle A^{-1}={\frac {1}{det(A)}}adj(A)={\frac {1}{2}}{\begin{bmatrix}-3&5&5\\3&-7&-5\\-2&6&4\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}-{\frac {3}{2}}&{\frac {5}{2}}&{\frac {5}{2}}\\{\frac {3}{2}}&-{\frac {7}{2}}&-{\frac {5}{2}}\\-1&3&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle A^{-1}={\frac {1}{det(A)}}adj(A)={\frac {1}{2}}{\begin{bmatrix}-3&5&5\\3&-7&-5\\-2&6&4\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}-{\frac {3}{2}}&{\frac {5}{2}}&{\frac {5}{2}}\\{\frac {3}{2}}&-{\frac {7}{2}}&-{\frac {5}{2}}\\-1&3&2\\\end{bmatrix}}}

Bentuk {\displaystyle AI->IA^{-1}} {\displaystyle AI->IA^{-1}}[sunting | sunting sumber]
A = {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&5&5\\-1&-1&0\\2&4&3\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&5&5\\-1&-1&0\\2&4&3\\\end{bmatrix}}}
Tentukan Nilai dari A−1

Diawali dengan {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\-1&-1&0&0&1&0\\2&4&3&0&0&1\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\-1&-1&0&0&1&0\\2&4&3&0&0&1\\\end{array}}\right]}

Operasikan Matriks tersebut

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\0&4&5&1&1&0\\2&4&3&0&0&1\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\0&4&5&1&1&0\\2&4&3&0&0&1\\\end{array}}\right]} B2 + B1

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\0&4&5&1&1&0\\0&-6&-7&-2&0&1\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\0&4&5&1&1&0\\0&-6&-7&-2&0&1\\\end{array}}\right]} B3 - 2.B1

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\0&4&5&1&1&0\\0&0&{\frac {1}{2}}&-{\frac {1}{2}}&{\frac {3}{2}}&1\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\0&4&5&1&1&0\\0&0&{\frac {1}{2}}&-{\frac {1}{2}}&{\frac {3}{2}}&1\\\end{array}}\right]} B3 + 3/2.B1

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\0&1&{\frac {5}{4}}&{\frac {1}{4}}&{\frac {1}{4}}&0\\0&0&1&-1&3&2\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\0&1&{\frac {5}{4}}&{\frac {1}{4}}&{\frac {1}{4}}&0\\0&0&1&-1&3&2\\\end{array}}\right]} 1/4.B2, 2.B3

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\0&1&0&{\frac {3}{2}}&-{\frac {7}{2}}&-{\frac {5}{2}}\\0&0&1&-1&3&2\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&5&1&0&0\\0&1&0&{\frac {3}{2}}&-{\frac {7}{2}}&-{\frac {5}{2}}\\0&0&1&-1&3&2\\\end{array}}\right]} B2 - 5/4.B3

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&0&6&-15&-10\\0&1&0&{\frac {3}{2}}&-{\frac {7}{2}}&-{\frac {5}{2}}\\0&0&1&-1&3&2\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&5&0&6&-15&-10\\0&1&0&{\frac {3}{2}}&-{\frac {7}{2}}&-{\frac {5}{2}}\\0&0&1&-1&3&2\\\end{array}}\right]} B1 - 5.B3

{\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&0&0&-{\frac {3}{2}}&{\frac {5}{2}}&{\frac {5}{2}}\\0&1&0&{\frac {3}{2}}&-{\frac {7}{2}}&-{\frac {5}{2}}\\0&0&1&-1&3&2\\\end{array}}\right]} {\displaystyle \left[{\begin{array}{rrr|rrr}1&0&0&-{\frac {3}{2}}&{\frac {5}{2}}&{\frac {5}{2}}\\0&1&0&{\frac {3}{2}}&-{\frac {7}{2}}&-{\frac {5}{2}}\\0&0&1&-1&3&2\\\end{array}}\right]} B1 - 5.B2

{\displaystyle A^{-1}={\begin{bmatrix}-{\frac {3}{2}}&{\frac {5}{2}}&{\frac {5}{2}}\\{\frac {3}{2}}&-{\frac {7}{2}}&-{\frac {5}{2}}\\-1&3&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle A^{-1}={\begin{bmatrix}-{\frac {3}{2}}&{\frac {5}{2}}&{\frac {5}{2}}\\{\frac {3}{2}}&-{\frac {7}{2}}&-{\frac {5}{2}}\\-1&3&2\\\end{bmatrix}}}
Penyelesaian Persamaan Linear dengan Matriks (Bagian 2)[sunting | sunting sumber]
Metode Cramer[sunting | sunting sumber]
Jika Ax = b adalah sebuah sistem linear n yang tidak di ketahui dan det(A)≠ 0 maka persamaan tersebut mempunyai penyelesaian yang unik

{\displaystyle x_{1}={\frac {det(A_{1})}{det(A)}},x_{2}={\frac {det(A_{2})}{det(A)}},\cdots ,x_{n}={\frac {det(A_{n})}{det(A)}}} {\displaystyle x_{1}={\frac {det(A_{1})}{det(A)}},x_{2}={\frac {det(A_{2})}{det(A)}},\cdots ,x_{n}={\frac {det(A_{n})}{det(A)}}}
di mana A j adalah matrik yang didapat dengan mengganti kolom j dengan matrik b

Contoh soal: Gunakan metode cramer untuk menyelesaikan persoalan di bawah ini

{\displaystyle x_{1}+2x_{3}=6} {\displaystyle x_{1}+2x_{3}=6}
{\displaystyle -3x_{1}+4x_{2}+6x_{3}=30} {\displaystyle -3x_{1}+4x_{2}+6x_{3}=30}
{\displaystyle -x_{1}-2x_{2}+3x_{3}=8} {\displaystyle -x_{1}-2x_{2}+3x_{3}=8}
Jawab: bentuk matrik A dan b

{\displaystyle A={\begin{bmatrix}1&0&2\\-3&4&6\\-1&-2&3\\\end{bmatrix}}b={\begin{bmatrix}6\\30\\8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle A={\begin{bmatrix}1&0&2\\-3&4&6\\-1&-2&3\\\end{bmatrix}}b={\begin{bmatrix}6\\30\\8\\\end{bmatrix}}}
kemudian ganti kolom j dengan matrik b

{\displaystyle A_{1}={\begin{bmatrix}6&0&2\\30&4&6\\8&-2&3\\\end{bmatrix}}A_{2}={\begin{bmatrix}1&6&2\\-3&30&6\\-1&8&3\\\end{bmatrix}}A_{3}={\begin{bmatrix}1&0&6\\-3&4&30\\-1&-2&8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle A_{1}={\begin{bmatrix}6&0&2\\30&4&6\\8&-2&3\\\end{bmatrix}}A_{2}={\begin{bmatrix}1&6&2\\-3&30&6\\-1&8&3\\\end{bmatrix}}A_{3}={\begin{bmatrix}1&0&6\\-3&4&30\\-1&-2&8\\\end{bmatrix}}}
dengan metode sarrus kita dapat dengan mudah mencari determinan dari matriks-matriks di atas

maka,

{\displaystyle x_{1}={\frac {det(A_{1})}{det(A)}}={\frac {-40}{44}}={\frac {-10}{11}}} {\displaystyle x_{1}={\frac {det(A_{1})}{det(A)}}={\frac {-40}{44}}={\frac {-10}{11}}}
{\displaystyle x_{2}={\frac {det(A_{2})}{det(A)}}={\frac {72}{44}}={\frac {18}{11}}} {\displaystyle x_{2}={\frac {det(A_{2})}{det(A)}}={\frac {72}{44}}={\frac {18}{11}}}
{\displaystyle x_{3}={\frac {det(A_{3})}{det(A)}}={\frac {152}{44}}={\frac {38}{11}}} {\displaystyle x_{3}={\frac {det(A_{3})}{det(A)}}={\frac {152}{44}}={\frac {38}{11}}}
{\displaystyle R=E_{r}\cdots E_{2}E_{1}A} {\displaystyle R=E_{r}\cdots E_{2}E_{1}A}
dan,

{\displaystyle det(R)=det(E_{r})\cdots det(E_{2})det(E_{1})det(E_{A})} {\displaystyle det(R)=det(E_{r})\cdots det(E_{2})det(E_{1})det(E_{A})}
Jika A dapat diinvers, maka sesuai dengan teorema equivalent statements, maka R = I, jadi det(R) = 1 ≠ 0 dan det(A) ≠ 0. Sebaliknya, jika det(A) ≠ 0, maka det(R) ≠ 0, jadi R tidak memiliki baris yang nol. Sesuai dengan teorema R = I, maka A adalah dapat diinvers. Tapi jika matrix bujur sangkar dengan 2 baris/kolom yang proposional adalah tidak dapat diinvers.

Contoh Soal :

{\displaystyle A={\begin{bmatrix}1&2&3\\1&0&1\\2&4&6\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle A={\begin{bmatrix}1&2&3\\1&0&1\\2&4&6\\\end{bmatrix}}}
karena det(A) = 0. Maka A adalah dapat diinvers.

Bentuk {\displaystyle Ax=\lambda x} {\displaystyle Ax=\lambda x}[sunting | sunting sumber]
dalam sistem aljabar linear sering ditemukan

{\displaystyle Ax=\lambda x} {\displaystyle Ax=\lambda x} ; di mana λ adalah skalar
sistem linear tersebut dapat juga ditulis dengan λx-Ax=0, atau dengan memasukkan matriks identitas menjadi

{\displaystyle (\lambda I-A)x} {\displaystyle (\lambda I-A)x} = 0
Contoh soal: diketahui persamaan linear

{\displaystyle x_{1}+3x_{2}=\lambda x_{1}} {\displaystyle x_{1}+3x_{2}=\lambda x_{1}}
{\displaystyle 4x_{1}+2x_{2}=\lambda x_{2}} {\displaystyle 4x_{1}+2x_{2}=\lambda x_{2}}
dapat ditulis dalam bentuk

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&3\\4&2\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}=\lambda {\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&3\\4&2\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}=\lambda {\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}}
yang kemudian dapat diubah

{\displaystyle A={\begin{bmatrix}1&3\\4&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle A={\begin{bmatrix}1&3\\4&2\\\end{bmatrix}}}dan {\displaystyle x={\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle x={\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}}
yang kemudian dapat ditulis ulang menjadi

{\displaystyle \lambda {\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}-{\begin{bmatrix}1&3\\4&2\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}0\\0\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle \lambda {\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}-{\begin{bmatrix}1&3\\4&2\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}0\\0\\\end{bmatrix}}}
{\displaystyle \lambda {\begin{bmatrix}1&0\\0&1\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}-{\begin{bmatrix}1&3\\4&2\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}0\\0\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle \lambda {\begin{bmatrix}1&0\\0&1\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}-{\begin{bmatrix}1&3\\4&2\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}0\\0\\\end{bmatrix}}}
{\displaystyle {\begin{bmatrix}\lambda -1&-3\\-4&\lambda -2\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}0\\0\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}\lambda -1&-3\\-4&\lambda -2\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}0\\0\\\end{bmatrix}}}
sehingga didapat bentuk {\displaystyle \lambda I-A={\begin{bmatrix}\lambda -1&-3\\-4&\lambda -2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle \lambda I-A={\begin{bmatrix}\lambda -1&-3\\-4&\lambda -2\\\end{bmatrix}}}

namun untuk menemukan besar dari λ perlu dilakukan operasi

{\displaystyle det(\lambda I-A)=0} {\displaystyle det(\lambda I-A)=0} ; λ adalah eigenvalue dari A
dan dari contoh diperoleh

{\displaystyle det(\lambda I-A={\begin{bmatrix}\lambda -1&-3\\-4&\lambda -2\\\end{bmatrix}}=0} {\displaystyle det(\lambda I-A={\begin{bmatrix}\lambda -1&-3\\-4&\lambda -2\\\end{bmatrix}}=0}
atau

{\displaystyle \lambda ^{2}-3\lambda -10=0} {\displaystyle \lambda ^{2}-3\lambda -10=0}
dan dari hasil faktorisasi di dapat {\displaystyle \lambda _{1}=-2} {\displaystyle \lambda _{1}=-2} dan {\displaystyle \lambda _{2}=5} {\displaystyle \lambda _{2}=5}

dengan memasukkan nilai λ pada persamaan {\displaystyle det(\lambda I-A=0} {\displaystyle det(\lambda I-A=0}, maka eigenvector bisa didapat

bila λ = -2 maka diperoleh
{\displaystyle {\begin{bmatrix}-3&-3\\-4&-4\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}0\\0\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}-3&-3\\-4&-4\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}0\\0\\\end{bmatrix}}}

dengan mengasumsikan {\displaystyle x_{2}=t} {\displaystyle x_{2}=t} maka didapat {\displaystyle x_{1}=-t} {\displaystyle x_{1}=-t}. jadi {\displaystyle x={\begin{bmatrix}-t\\t\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle x={\begin{bmatrix}-t\\t\\\end{bmatrix}}}

bila λ = 5 maka diperoleh
{\displaystyle {\begin{bmatrix}4&-3\\-4&3\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}0\\0\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}4&-3\\-4&3\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x_{1}\\x_{2}\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}0\\0\\\end{bmatrix}}}

dengan mengasumsikan {\displaystyle x_{2}=t} {\displaystyle x_{2}=t} maka didapat {\displaystyle x_{1}={\frac {3}{4}}t} {\displaystyle x_{1}={\frac {3}{4}}t}. jadi {\displaystyle x={\begin{bmatrix}{\frac {3}{4}}t\\t\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle x={\begin{bmatrix}{\frac {3}{4}}t\\t\\\end{bmatrix}}}

Vektor dalam Ruang Euklidian[sunting | sunting sumber]
Euklidian dalam n-Ruang[sunting | sunting sumber]
Vektor di dalam n-Ruang Definisi : Jika n adalah sebuah integer positif, sebuah n- grup topel adalah sekuens dari n bilangan real (a1.a2.....an). Set dari semua grup yang terdiri dari n- grup topel dinamakan n-ruangdan dituliskan sebagai Rn.

Jika n = 2 atau 3, sudah menjadi kebiasaan untuk menggunakan istilah grup pasangan dan grup dari tiga secara respektif, daripada 2-grup topel atau 3- grup topel. Keitka n = 1, setiap n – grup topel terdiri dari satu bilangan real, sehingga R1 bisa dilihat sebagai set dari bilangan real. Kita akan menuliskan R daripada R1 pada set ini.

Mungkin kita telah mmepelajari dalam bahan 3-ruang symbol dari (a1, a2, a3) mempunyai dua interpretasi geometris yang berbeda : ini bisa diinterpretasikan sebagai titik, yang dalam kasus ini a2, a2, a3 merupakan koordinat, atau ini bisa diinterpretasikan sebagai vector, di mana a1, a2, a3 merupakan komponen vector. Selanjutnya kita bisa melihat bahwa n – grup topel (a1, a2, ...., an) bisa dilihat sebagai antara sebuah “poin umum” atau “vector umum”- perbedaan antara keduanya tidak penting secara matematis. Dan juga kita bisa menjelaskan 5- topel (-2, 4, 0 ,1 ,6) antara poin dalam R5 atau vector pada R5.



u1 = v1

                               u2 = v2
                               un = vn

Penjumlahan u + v didefinisikan oleh



u + v = (u1 + v1, u2 + v2, ...., un + vn)
Dan jika k adalah konstanta scalar, maka perkalian scalar ku didefinisikan oleh



ku = (k u1, k u2,...,k un)
Operasi dari pertambahan dan perkalian scalar dalam definisi ini disebut operasi standar untuk Rn Vektor nol dalam Rn didenotasikan oleh 0 dan difenisikan ke vektor



0 = (0, 0,...., 0)
Jika u = (u1, u2, ...., un) dalam setiap vector dalam Rn, maka negative (atau invers aditif) dari u dituliskan oleh –u dan dijelaskan oleh



-u = (-u1, -u2, ...., -un)
Perbedaan dari vector dalam Rn dijelaskan oleh



v – u = v + (-u)
atau, dalam istilah komponen,



v – u = (v1-u1, v2-u2, ...., vn-un)
Sifat-sifat dari vektor dalam {\displaystyle R^{n}} {\displaystyle R^{n}}

jika {\displaystyle \mathbf {u} =u_{1},u_{2},...,u_{n}} {\displaystyle \mathbf {u} =u_{1},u_{2},...,u_{n}} , {\displaystyle \mathbf {v} =v_{1},v_{2},...,v_{n}} {\displaystyle \mathbf {v} =v_{1},v_{2},...,v_{n}} , dan {\displaystyle \mathbf {w} =w_{1},w_{2},...,w_{n}} {\displaystyle \mathbf {w} =w_{1},w_{2},...,w_{n}} adalah vektor dalam {\displaystyle R^{n}} {\displaystyle R^{n}} sedangkan k dan m adalah skalar, maka :

(a) u + v = v + u

(b) u + 0 = 0 + u = u

(c) u + (v + w) = (u + v) + w

(d) u + (-u) = 0 ; berarti, u - u = 0

(e) k (m u) = (k m) u

(f) k (u + v) = k u + k v

(g) (k + m) u = k u + m u

(h) 1u = u

Perkalian dot product {\displaystyle \mathbf {u} \cdot \mathbf {v} } {\displaystyle \mathbf {u} \cdot \mathbf {v} } didefinisikan sebagai



{\displaystyle \mathbf {u} \cdot \mathbf {v} =u_{1}v_{1}+u_{2}v_{2}+\cdots +u_{n}v_{n}} {\displaystyle \mathbf {u} \cdot \mathbf {v} =u_{1}v_{1}+u_{2}v_{2}+\cdots +u_{n}v_{n}}
Contoh Penggunaan Vektor dalam Ruang Dimensi Tinggi[sunting | sunting sumber]
Data Eksperimen – Ilmuwan melakukan experimen dan membuat n pengukuran numeris setiap eksperimen dilakukan. Hasil dari setiap experiment bisa disebut sebagai vector {\displaystyle y=(y1,y2,...,yn)} {\displaystyle y=(y1,y2,...,yn)} dalam {\displaystyle R^{n}} {\displaystyle R^{n}} dalam setiap {\displaystyle y_{1},y_{2},....,y_{n}} {\displaystyle y_{1},y_{2},....,y_{n}} adalah nilai yang terukur.
Penyimpanan dan Gudang – Sebuah perusahaan transportasi mempunyai 15 depot untuk menyimpan dan mereparasi truknya. Pada setiap poin dalam waktu distribusi dari truk dalam depot bisa disebut sebagai 15-topel {\displaystyle x=(x_{1},x_{2},...,x_{1}5)} {\displaystyle x=(x_{1},x_{2},...,x_{1}5)} dalam setiap {\displaystyle x_{1}} {\displaystyle x_{1}} adalah jumlah truk dalam depot pertama dan {\displaystyle x_{2}} {\displaystyle x_{2}} adalah jumlah pada depot kedua., dan seterusnya.
Rangkaian listrik – Chip prosesor didesain untuk menerima 4 tegangan input dan mengeluarkan 3 tegangan output. Tegangan input bisa ditulis sebagai vector dalam {\displaystyle R^{4}} {\displaystyle R^{4}} dan tegangan output bisa ditulis sebagai {\displaystyle R^{3}} {\displaystyle R^{3}}. Lalu, chip bisa dilihat sebgai alat yang mengubah setiap vektor input {\displaystyle v=(v_{1},v_{2},v_{3},v_{4})} {\displaystyle v=(v_{1},v_{2},v_{3},v_{4})} dalam {\displaystyle R^{4}} {\displaystyle R^{4}} ke vector keluaran {\displaystyle w=(w_{1},w_{2},w_{3})} {\displaystyle w=(w_{1},w_{2},w_{3})} dalam {\displaystyle R^{3}} {\displaystyle R^{3}}.
Analisis citra – Satu hal dalam gambaran warna dibuat oleh layar komputer dibuat oleh layar komputer dengan menyiapkan setiap [pixel] (sebuah titik yang mempunyai alamat dalam layar) 3 angka yang menjelaskan hue, saturasi, dan kecerahan dari pixel. Lalu sebuah gambaran warna yang komplet bisa diliahat sebgai 5-topel dari bentuk {\displaystyle v=(x,y,h,s,b)} {\displaystyle v=(x,y,h,s,b)} dalam x dan y adalah kordinat layar dari pixel dan h,s,b adalah hue, saturation, dan brightness.
Ekonomi – Pendekatan kita dalam analisis ekonomi adalah untuk membagi ekonomidalam sector (manufaktur, pelayanan, utilitas, dan seterusnya ) dan untuk mengukur output dari setiap sector dengan nilai mata uang. Dalam ekonomi dengan 10 sektor output ekonomi dari semua ekonomi bisa direpresentasikan dngan 10-topel {\displaystyle s=(s_{1},s_{2},s_{3},...,s_{1}0)} {\displaystyle s=(s_{1},s_{2},s_{3},...,s_{1}0)} dalam setiap angka {\displaystyle s_{1},s_{2},...,s_{1}0} {\displaystyle s_{1},s_{2},...,s_{1}0} adalah output dari sektor individual.
Sistem Mekanis – Anggaplah ada 6 partikel yang bergerak dalam garis kordinat yang sama sehingga pada waktu t koordinat mereka adalah {\displaystyle x_{1},x_{2},...,x_{6}} {\displaystyle x_{1},x_{2},...,x_{6}} dan kecepatan mereka adalah {\displaystyle v_{1},v_{2},...,v_{6}} {\displaystyle v_{1},v_{2},...,v_{6}}. Informasi ini bisa direpresentasikan sebagai vector
{\displaystyle V=(x_{1},x_{2},x_{3},x_{4},x_{5},x_{6},v_{1},v_{2},v_{3},v_{4},v_{5},v_{6},t)} {\displaystyle V=(x_{1},x_{2},x_{3},x_{4},x_{5},x_{6},v_{1},v_{2},v_{3},v_{4},v_{5},v_{6},t)} Dalam {\displaystyle R^{1}3} {\displaystyle R^{1}3}. Vektor ini disebut kondisi dari sistem partikel pada waktu t.

Fisika - Pada teori benang komponen paling kecil dan tidak bisa dipecah dari Jagat raya bukanlah partikel tetapi loop yang berlaku seperti benang yang bergetar. Di mana jagat waktu Einstein adalah 4 dimensi, sedangkan benang ada dalam dunia 11-dimensi
Menemukan norm dan jarak[sunting | sunting sumber]
Menghitung Panjang vektor u dalam ruang {\displaystyle R^{n}} {\displaystyle R^{n}}

jika u = {\displaystyle (u_{1},u_{2},u_{3},...,u_{n})} {\displaystyle (u_{1},u_{2},u_{3},...,u_{n})}

Maka Panjang vektor u



{\displaystyle |{\bar {u}}|={\sqrt {u_{1}^{2}+u_{2}^{2}+u_{3}^{2}+...+u_{n}^{2}}}} {\displaystyle |{\bar {u}}|={\sqrt {u_{1}^{2}+u_{2}^{2}+u_{3}^{2}+...+u_{n}^{2}}}}
dan Menghitung jarak antara vektor u dengan vektor v



{\displaystyle d(u,v)={\sqrt {(u_{1}-v_{1})^{2}+(u_{2}-v_{2})^{2}+(u_{3}-v_{3})^{2}+...+(u_{n}-v_{n})^{2}}}} {\displaystyle d(u,v)={\sqrt {(u_{1}-v_{1})^{2}+(u_{2}-v_{2})^{2}+(u_{3}-v_{3})^{2}+...+(u_{n}-v_{n})^{2}}}}
Bentuk Newton[sunting | sunting sumber]
interpolasi polinominal p(x)=anxn+an-1xn-1+...+a1x+a0 adalah bentuk standar. Tetapi ada juga yang menggunakan bentuk lain . Contohnya , kita mencari interpolasi titik dari data (x0,y0),(x1,y1),(x2,y2),(x3,y3).

Jika kita tuliskan P(x)=a3x3+a2x2+a1x+a0

bentuk equivalentnya : p(x)=a3(x-x0)3+p(x)=a2(x-x0)2+p(x)=a1(x-x0)+a0

dari kondisi interpolasi p(x0)=yo maka didapatkan a0=yo , sehingga dapat kita tuliskan menjadi

p(x)=b3(x-x0)(x-x1)(x-x2)+b2(x-x0)(x-x1)+b1(x-x0)+b0 inilah yang disebut newton form dari interpolasi , sehingga kita dapatkan :

p(x0)=b0

p(x1)=b1h1+b0

p(x2)=b2(h1+h2)h2+b1(h1+h2)+b0

p(x3)=b3(h1+h2+h3)(h2+h3)h3+b2(h1+h2+h3)(h2+h3)+b1(h1+h2+h3)+b0

sehingga jika kita tuliskan dalam bentuk matrix:

Operator Refleksi[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan operator T:R2 -> R2 yang memetakan tiap vektor dalam gambaran simetris terhadap sumbu y, dimisalkan w=T(x), maka persamaan yang berhubungan dengan x dan w adalah:

x1 = -x = -x + 0y

x2 = y = 0x + y

atau dalam bentuk matrik : {\displaystyle {\begin{bmatrix}-1&0\\0&1\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x\\y\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}w_{1}\\w_{2}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}-1&0\\0&1\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x\\y\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}w_{1}\\w_{2}\\\end{bmatrix}}}

Secara umum, operator pada R2 dan R3 yang memetakan tiap vektor pada gambaran simetrinya terhadap beberapa garis atau bidang datar dinamakan operator refleksi. Operator ini bersifat linier.

Operator Proyeksi[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan operator T:R2 -> R2 yang memetakan tiap vektor dalam proyeksi tegak lurus terhadap sumbu x, dimisalkan w=T(x), maka persamaan yang berhubungan dengan x dan w adalah:

x1 = x = x + 0y

x2 = 0 = 0x + 0y

atau dalam bentuk matrik : {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0\\0&0\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x\\y\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}w_{1}\\w_{2}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&0\\0&0\\\end{bmatrix}}{\begin{bmatrix}x\\y\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}w_{1}\\w_{2}\\\end{bmatrix}}}

Persamaan tersebut bersifat linier, maka T merupakan operator linier dan matrikx T adalah: {\displaystyle {\begin{bmatrix}T\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}1&0\\0&0\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}T\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}1&0\\0&0\\\end{bmatrix}}}

Secara umum, sebuah operator proyeksi pada R2 dan R3 merupakan operator yang memetakan tiap vektor dalam proyeksi ortogonal pada sebuah garis atau bidang melalui asalnya.

Operator Rotasi[sunting | sunting sumber]
Sebuah operator yang merotasi tiap vektor dalam R2 melalui sudut ɵ disebut operator rotasi pada R2. Untuk melihat bagaimana asalnya adalah dengan melihat operator rotasi yang memutar tiap vektor searah jarum jam melalui sudut ɵ positif yang tetap. Unutk menemukan persamaan hubungan x dan w=T(x), dimisalkan ɵ adalah sudut dari sumbu x positif ke x dan r adalah jarak x dan w. Lalu, dari rumus trigonometri dasar x = r cos Θ ; y = r cos Θ dan w1 = r cos (ɵ + ɸ) ; w2= r sin (ɵ + ɸ)

Menggunakan identitas trigonometri didapat:

w1 = r cos ɵ cos ɸ - r sin ɵ sin ɸ

w2 = r sin ɵ cos ɸ + r cos ɵ sin ɸ

kemudian disubtitusi sehingga:

w1 = x cos Θ - y sin Θ

w2 = x sin Θ + y cos Θ

Persamaan di atas merupakan persamaan linier, maka T merupakan operator linier sehingga bentuk matrik dari persamaan di atas adalah: {\displaystyle {\begin{bmatrix}T\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}cos\Theta &-sin\Theta \\sin\Theta &cos\Theta \\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}T\\\end{bmatrix}}={\begin{bmatrix}cos\Theta &-sin\Theta \\sin\Theta &cos\Theta \\\end{bmatrix}}}

Interpolasi Polinomial[sunting | sunting sumber]
Dengan menganggap masalah pada interpolasi polinomial untuk deret n + 1 di titik (x0,y0)...., (xn,yn). Maka, kita diminta untuk menemukan kurva p(x) = am {\displaystyle x^{m}} {\displaystyle x^{m}} + am-1 {\displaystyle x^{m-1}} {\displaystyle x^{m-1}} + ... + a1x + a0 dari sudut minimum yang melewati setiap dari titik data. Kurva ini harus memenuhi

{\displaystyle {\begin{matrix}{y_{0}}&=&a_{m}x_{0}^{m}&+&a_{m-1}x_{0}^{m-1}&+...+&a_{1}x_{0}&+&a_{0}\\{y_{1}}&=&a_{m}x_{1}^{m}&+&a_{m-1}x_{1}^{m-1}&+...+&a_{1}x_{1}&+&a_{0}\\\vdots &&\vdots &&\vdots &&\vdots &&\vdots \\{y_{n}}&=&a_{m}x_{n}^{m}&+&a_{m-1}x_{n}^{m-1}&+...+&a_{1}x_{n}&+&a_{0}\\\end{matrix}}} {\displaystyle {\begin{matrix}{y_{0}}&=&a_{m}x_{0}^{m}&+&a_{m-1}x_{0}^{m-1}&+...+&a_{1}x_{0}&+&a_{0}\\{y_{1}}&=&a_{m}x_{1}^{m}&+&a_{m-1}x_{1}^{m-1}&+...+&a_{1}x_{1}&+&a_{0}\\\vdots &&\vdots &&\vdots &&\vdots &&\vdots \\{y_{n}}&=&a_{m}x_{n}^{m}&+&a_{m-1}x_{n}^{m-1}&+...+&a_{1}x_{n}&+&a_{0}\\\end{matrix}}}

karena xi diketahui, ini akan menuju pada sistem matrik di bawah ini {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&x_{0}&x_{0}^{2}&\cdots &x_{0}^{m}\\1&x_{1}&x_{1}^{2}&\cdots &x_{1}^{m}\\\vdots &\vdots &\vdots &\cdots &\vdots \\1&x_{n-1}&x_{n-1}^{2}&\cdots &x_{n-1}^{m}\\1&x_{n}&x_{n}^{2}&\cdots &x_{n}^{m}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&x_{0}&x_{0}^{2}&\cdots &x_{0}^{m}\\1&x_{1}&x_{1}^{2}&\cdots &x_{1}^{m}\\\vdots &\vdots &\vdots &\cdots &\vdots \\1&x_{n-1}&x_{n-1}^{2}&\cdots &x_{n-1}^{m}\\1&x_{n}&x_{n}^{2}&\cdots &x_{n}^{m}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{0}\\a_{1}\\\vdots \\a_{m-1}\\a_{m}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{0}\\a_{1}\\\vdots \\a_{m-1}\\a_{m}\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}y_{0}\\y_{1}\\\vdots \\y_{n-1}\\y_{n}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}y_{0}\\y_{1}\\\vdots \\y_{n-1}\\y_{n}\\\end{bmatrix}}}

Ingat bahwa ini merupakan sistem persegi di mana n = m. Dengan menganggap n = m memberikan sistem di bawah ini untuk koefisien interpolasi polinomial p(x):

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&x_{0}&x_{0}^{2}&\cdots &x_{0}^{n}\\1&x_{1}&x_{1}^{2}&\cdots &x_{1}^{n}\\\vdots &\vdots &\vdots &\cdots &\vdots \\1&x_{n-1}&x_{n-1}^{2}&\cdots &x_{n-1}^{n}\\1&x_{n}&x_{n}^{2}&\cdots &x_{n}^{n}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&x_{0}&x_{0}^{2}&\cdots &x_{0}^{n}\\1&x_{1}&x_{1}^{2}&\cdots &x_{1}^{n}\\\vdots &\vdots &\vdots &\cdots &\vdots \\1&x_{n-1}&x_{n-1}^{2}&\cdots &x_{n-1}^{n}\\1&x_{n}&x_{n}^{2}&\cdots &x_{n}^{n}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{0}\\a_{1}\\\vdots \\a_{n-1}\\a_{n}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{0}\\a_{1}\\\vdots \\a_{n-1}\\a_{n}\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}y_{0}\\y_{1}\\\vdots \\y_{n-1}\\y_{n}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}y_{0}\\y_{1}\\\vdots \\y_{n-1}\\y_{n}\\\end{bmatrix}}} (1)

Matrix di atas diketahui sebagai Matrix Vandermonde; kolom j merupakan elemen pangkat j-1. Sistem linier pada (1) disebut menjadi Sistem Vandermonde.

Contoh soal: Cari interpolasi polinomial pada data (-1,0),(0,0),(1,0),(2,6) menggunakan Sistem Vandermonde.

Jawab: Bentuk Sistem Vandermonde(1): {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&x_{0}&x_{0}^{2}&x_{0}^{3}\\1&x_{1}&x_{1}^{2}&x_{1}^{3}\\1&x_{2}&x_{2}^{2}&x_{2}^{3}\\1&x_{3}&x_{3}^{2}&x_{3}^{3}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&x_{0}&x_{0}^{2}&x_{0}^{3}\\1&x_{1}&x_{1}^{2}&x_{1}^{3}\\1&x_{2}&x_{2}^{2}&x_{2}^{3}\\1&x_{3}&x_{3}^{2}&x_{3}^{3}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{0}\\a_{1}\\a_{2}\\a_{3}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{0}\\a_{1}\\a_{2}\\a_{3}\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}y_{0}\\y_{1}\\y_{2}\\y_{3}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}y_{0}\\y_{1}\\y_{2}\\y_{3}\\\end{bmatrix}}}

Untuk data di atas, kita mempunyai {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1\\1&0&0&0\\1&1&1&1\\1&2&4&8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1\\1&0&0&0\\1&1&1&1\\1&2&4&8\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{0}\\a_{1}\\a_{2}\\a_{3}\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}a_{0}\\a_{1}\\a_{2}\\a_{3}\\\end{bmatrix}}} = {\displaystyle {\begin{bmatrix}0\\0\\0\\6\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}0\\0\\0\\6\\\end{bmatrix}}}

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\1&0&0&0&0\\1&1&1&1&0\\1&2&4&8&6\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\1&0&0&0&0\\1&1&1&1&0\\1&2&4&8&6\\\end{bmatrix}}}

Untuk mendapatkan solusinya, digunakan Gaussian Elimination

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&2&0&2&0\\0&3&3&9&6\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&2&0&2&0\\0&3&3&9&6\\\end{bmatrix}}} Baris ke-2, ke-3, dan ke-4 dikurangi baris pertama

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&1&0&1&0\\0&1&1&3&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&1&0&1&0\\0&1&1&3&2\\\end{bmatrix}}} Baris ke-3 dibagi dengan 2, sedangkan baris ke-4 dibagi dengan 3

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&0&1&0&0\\0&1&1&3&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&0&1&0&0\\0&1&1&3&2\\\end{bmatrix}}} Baris ke-3 dikurangi baris ke-2

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&0&1&0&0\\0&0&2&2&2\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&0&1&0&0\\0&0&2&2&2\\\end{bmatrix}}} Baris ke-4 dikurangi baris ke-2

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&0&1&0&0\\0&0&1&1&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&0&1&0&0\\0&0&1&1&1\\\end{bmatrix}}} Baris ke-4 dibagi dengan 2

{\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&0&1&0&0\\0&0&0&1&1\\\end{bmatrix}}} {\displaystyle {\begin{bmatrix}1&-1&1&-1&0\\0&1&-1&1&0\\0&0&1&0&0\\0&0&0&1&1\\\end{bmatrix}}} Baris ke-4 dikurangi baris ke-3

Didapatkan persamaan linier dari persamaan matrix di atas

{\displaystyle {\begin{matrix}a_{0}&+&a_{1}&+&a_{2}&+&a_{3}&=&0\Longleftrightarrow a_{0}=0\\&&a_{1}&-&a_{2}&+&a_{3}&=&0\Longleftrightarrow a_{1}=-1\\&&&&a_{2}&&&=&0\\&&&&&&a_{3}&=&1\\\end{matrix}}} {\displaystyle {\begin{matrix}a_{0}&+&a_{1}&+&a_{2}&+&a_{3}&=&0\Longleftrightarrow a_{0}=0\\&&a_{1}&-&a_{2}&+&a_{3}&=&0\Longleftrightarrow a_{1}=-1\\&&&&a_{2}&&&=&0\\&&&&&&a_{3}&=&1\\\end{matrix}}}

Jadi, interpolasinya adalah {\displaystyle p(x)=x^{3}-x\,} {\displaystyle p(x)=x^{3}-x\,}